Anggota Polisi ini Sukses Budidayakan Anggur Impor, Menginspirasi Kampung Anggur Margosari

Joko Raharto selaku penasehat Kampung Anggur Margosari saat memanen buah anggur didampingi Zamroni. ( foto : dekan/ jateng pos)

JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA– Dari sekedar hoby dan mengisi waktu luang dengan berkebun, apa yang dilakukan Zamroni (46) warga Jalan Lingkar Selatan, Kecandran RT 03 RW 02, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga ini akhirnya bisa membuahkan hasil. Lantaran budidaya dan pembibitan anggur impor yang dilakukannya kini sudah berhasil.

Lelaki yang sehariannya berdinas di Polsek Bandungan, Kabupaten Semarang ini menceritakan awal mulanya budidaya anggur impor. Dimulai di awal tahun 2022 lalu, Zamroni yang memang suka berkebun ini mencoba untuk membeli bibit anggur impor di Sukoharjo, Solo seharga Rp 750 ribu.

“ Sempat diprotes istri, harganya mahal, istri bilang kalau dibelikan beras dapat tiga karung,” kata Zamroni sembari tertawa mengenang awal ia membeli bibit anggur impor.

Dari bibit mahal itu, Zamroni pun tertantang untuk membesarkannya. Singkat cerita, bibit yang ia beli pun tumbuh dengan baik dan akhirnya membeli beberapa bibit lagi.” Saya menjadi penasaran dan tertantang untuk mengembangkannya. Di waktu longgar kalau pas libur saya gunakan untuk merawat tanaman anggur, karena ada imej yang berkembang di masyarakat tanaman anggur sulit dibudidayakan,” kata bapak tiga putera ini.

Tanaman-tanaman anggur itu pun dibuatkan green house di belakang rumahnya. Karena bisa ditanam di dalam pot, maka tidak membutuhkan lahan yang luas untuk budidaya anggur ini.

Seiring perjalanan waktu, dengan penuh kesabaran dan ketekunan, sekitar 16 bulan kemudian, bibit-bibit tanaman anggur impor yang ia rawat berkembang dengan baik dan menghasilkan buah yang banyak. Bahkan saat ini sudah ada orang yang membeli buahnya. “ Intinya dalam merawat tanaman anggur itu harus dengan sabar dan dirawat dengan senang hati,” katanya.

Apa yang dipakai untuk media tanamnya? Menurut Zamroni media tanamnya menggunakan tigas jenis yaitu sekam dan pupuk organik dan tanah ( yang direkomendasi dari tanah pohon bambu). Kondisi tanah tidak boleh terlalu basah juga tidak boleh terlalu kering.” Tanaman harus kena panas namun airnya tidak boleh berlebihan, kemudian juga tidak boleh kena hujan langsung harus ada naungan,” imbuhnya.

Dikatakan Zamroni, anggur impor ini tidak mengenal musim, sewaktu-waktu bisa berbuah tergantung perawatan dan ritme yang kita inginkan sehingga kapan saja bisa berbuah. Itulah kelebihan buah anggur, meski perawatannya butuh kesabaran dan ketekunan, namun buahnya tidak mengenal musim.

“ Dengan anggur impor ini, prinsipnya kita bisa makan anggur jenis impor tidak usah membeli dari luar ( impor) namun bisa dari budidaya di dalam negeri, bahkan kita bisa menanam sendiri di pot,” katanya.

Dikatakannya, anggur jenis impor ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi, karena harga per kilonya bisa mencapai Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per kilonya. Sedangkan untuk bibit-bibit anggur impor harganya variatif, namun untuk bibit yang paling awal kira-kira Rp 150 ribu.

Tidak berhenti dalam pembuahan saja, Zamroni pun tertantang untuk pembibitan, bagaimana anggur impor ini bisa dikembangbiakkan. Ia pun tekun untuk belajar secara otodidak, trial and error. Karena memang anggur-anggur impor ini tidak bisa dikembangkan dengan cara pembenihan ( dari biji). Jadi pembibitan dilakukan dengan cara grafting atau penyambungan.

Penyambungan dilakukan dengan menggunakan batang bibit anggur lokal kemudian disambung dengan bibit impor. Awalnya penyambungan yang dilakukan tidak semudah membalik telapak tangan. Pernah melakukan penyambungan sekitar seratus bibit, yang bisa pecah tunas hanya tiga. Namun hal itu tidak membuat Zamroni patah arang, ia terus berusaha agar teknik penyambungan yang dilakukan berhasil. Kerja kerasnya itu akhirnya membuahkan hasil, kini Zamroni sudah tahu betul teknik penyambungannya.

Bahkan bibit-bibit anggur impor yang dibudidayakan Zamroni itu pun kini banyak diminati dan dibeli oleh masyarakat.

“ Kalau mau belajar soal anggur silahkan, saya dengan senang hati berbagi ilmu,” kata Zamroni.

Dikatakan Zamroni saat ini di green hosue-nya ada 15 jenis bibit Jupiter, Tamaki, Academic, Julian, Red Rose, Copidon, Beauty Krasotka, Terant, Dixon dan sebagainya dan ini semuanya jenis anggur-anggur impor.

“ Setiap jenis berbeda bentuk, rasa, tekstur, namun ada rasa yang sama yaitu manis,” katanya.

Dikatakan Zamroni, ia akan ikut senang bila ada masyarakat yang ikut membudidayakan anggur impor ini karena hal ini bisa menambah daya ekonomi masyarakat. Sebagaimana yang dilakukan warga Margosari Salatiga. Beberapa warga sudah membeli bibit-bibit dari Zamroni dan kini sudah besar dan ada yang sudah berbuah.

Sementara tokoh pemuda Margosari, RT 05 RW 01, Joko Supriyanto mengatakan pihaknya bersama warga memiliki rencana untuk membuat Kampung Anggur dan sudah kita rintis sejak tujuh bulan yang lalu.

” Arah kita, warga menanam anggur dan dari situ kita bisa melihat keindahan, hasil dan juga nilai ekonomis dan warga bisa tahu cara menanamnya, untuk masalah pengembangan kita bisa bareng-bareng dan dibantu mas Zam ( Zamroni),” katanya.

Joko Supriyanto menambahkan, Kampung Anggur di Margosari ini terinspirasi pengembangan yang dilakukan Zamroni dan ke depan warga Margosari yang mau ditanami anggur akan ditanami bibit anggur dan free.” Ini sudah banyak warga yang menanam anggur dan ke depan mudah-mudahan bisa jadi wisata kampung anggur,” katanya.

Sementara Joko Raharto selaku penasehat Kampung Anggur Margosari, mengatakan, ia ikut tergerak ada tiga tokoh Margosari yang ingin memajukan kampung yaitu pak Joko, Pak Didin dan pak RT,

“ Makanya kita melihat langsung ke green house mas Zamroni untuk melihat langsung budidaya anggur impor dan ternyata hasilnya bgus sekali,” katanya.

Joko Raharto mengatakan bahwa warga Margosari menyambut baik rencana ketiga tokoh warga tersebut dan ia sendiri juga sudah mempraktekkan menanam anggur impor ini dan hasilnya juga bagus sehingga menambah motivasi. Untuk itu ke depannya untuk pengembangan menjadi Kampung Anggur harus menggandeng pihak-pihak tertentu.

” Untuk pengembangan menjadi kampung anggur tidak mungkin dibiayai sendiri atau dibebankan warga, maka kami memiliki rencana untuk menggandeng pihak-pihak tertentu, atas nama PKK. Tidak hanya anggur kita mendukung program pemerintah dengan tanam cabai di depan rumah atau di halaman dan itu bisa jadi unit usaha warga,” pungkasnya. (deb)