JATENGPOS.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) mengundang sejumlah pimpinan redaksi (Pimred) dan jurnalis media massa untuk menyaksikan langsung sistem pusat data Agriculture War Room (AWR) di gedung utama Kementan, Rabu, 12 Februari 2020.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Ketut Kariyasa menjelaskan bahwa AWR adalah sistem pusat data yang memiliki fungsi pemantau pada jalanya pembangunan pertanian nasional. Alat ini merupakan sistem pertahanan pertanian yang terintegrasi dengan berbagai data perkembangan pertanian secara real-time.
“Melalui AWR, kami bisa memonitoring realisasi pupuk 2020 dan memantau kinerja penyuluh desa. Kami juga bisa memantau produksi serta tren harian kelahiran-pemotongan sapi. Satu lagi, kami memiliki kamera pemantau CCTV yang terpasang di tengah-tengah pesawahan,” katanya.
Bukan hanya itu, sistem AWR bisa melakukan pengecekan cuaca di tiap daerah serta memantau potensi panen dan potensi hujan setiap saat. Sistem AWR akan menjawab segala tantangan pembangunan pertanian ke depan.
“Pada dasarnya yang jadi prioritas utama kami adalah konsen terhadap data yang akurat sebagai basis utama penyusunan kebijakan dalam mencapai target pertanian maju, mandiri dan modern. Karena tanpa data, kita tidak bisa menentukan kebijakan yang tepat,” katanya.
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Kementan, Uut Husnain mengatakan bahwa sostem AWR memiliki kemampuan dalam mengukur luas lahan baku sawah dan memprediksi kemungkinan adanya bencana alam seperti longsor dan banjir.
“Semua teknologi ini sudah kita kombinasikan dengan satelit beresolusi tinggi, sehingga kita mendapatkan peta satelit yang akurat, bahkan sampai ke posisi estimasi pupuk dan benih,” katanya.
Sementara Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menyampaikan pentingnya kolaborasi media massa dengan Kementerian Pertanian terkait penyampaian realisasi program dan kinerja Kementan.
“Kita berharap teman-teman media ikut membangun dan mendukung sektor pertanian serta menyampaikan kepada publik program dan kinerja Kementerian Pertanian. Tentu kita juga berharap bisa melakukan kampanye bersama terkait tema-tema regenerasi petani dan pencegahan alih fungsi lahan,” katanya.
Mengenai hal ini, Pimpinan Redaksi CNN Indonesia TV, Titin Rosmasari mengapresiasi upaya Kementan dalam membangun pusat data Agriculture War Room dan Kelembagaan Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani). Dia menilai, kedua sistem ini mampu memudahkan peliputan media massa dalam mengambil data harian, mingguan dan bulanan.
“Bagi saya, sistem ini memudahkan media ketika ingin wawancara terkait data real-time. Terus terang, saya mengapresiasi Kementan yang sudah menggunakan teknologi. Bahkan saya dengar mereka sudah memanfaatkan artificial intelligence untuk menjadikan pertanian selangkah lebih maju,” katanya.
Senada dengan Titin, GM Content Tribunnews Network, Yulis Sulistyawan juga mendukung terobosan Kementan dalam membentuk pusat data AWR dan kelembagaan Kostratani. Menurut dia, terobosan ini akan memudahkan semua orang dalam memahami sektor pertanian secara utuh.
“Saya kira ini sangat bagus sekali karena semua kebijakan itu harus berdasarkan data. Kemudian data itulah yang dijadikan acuan untuk mengambil kebijakan. Dalam hal ini Kementan sudah mempunyai pusat data yang diwujudkan kedalam visual yang bisa diakses semua orang. Saya kira AWR dan Kostratani ini sangat bagus sekali,” katanya.
Sementara Redaktur Pelaksana Newsroom Republika, Maman Sudiaman berharap, Kementan mampu memenuhi kebutuhan petani melalui AWR dan Kostratani. Di samping itu, Kementan juga harus bisa menghitung luas baku sawah secara akurat dan real-time melalui sistem yang ada.
“Tentu saya juga berharap ada dukungan dari kominfo agar membuka akses layanan komunikasi dan jaringan bandwidth, supaya apa yang ada di AWR berjalan dengan baik,” katanya.
Di tempat yang sama, Jurnalis senior Medcom, Ilham Wibowo mengharapkan sistem kendali AWR mampu mengumpulkan data yang terpecah di berbagai lembaga dan kementerian lain. “Selama ini kita sedikit sulit mendapat data yang akurat. Maka itu, AWR menjadi harapan baru untuk mengumpulkan data yang terpecah di kementerian dan lembaga lain,” tandasnya.(*)