Berdasarkan pola kurikulum 2013, maka pembelajaran dalam implementasi kurikulum tersebut juga mengalami perubahan dari yang sebelumnya. Kurikulum 2013 mengacu pada pembelajaran tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif mendorong siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan yang akan dipelajari dan dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Pembelajaran tematik menuntut pergeseran pola pembelajaran kepada tingkat berpikir yang lebih tinggi atau keterampilan berpikir kritis. Selain itu juga lebih menekankan pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
SDN Tegalsari sudah menerapkan kurikulum 2013. Akan tetapi pada prosesnya guru masih mendominasi pembelajaran. Hal ini terlihat ketika guru masih menggunakan metode ceramah dan siswa pasif mendengarkan penjelasan guru. Akibatnya siswa belum mampu memahami secara mendalam materi yang disampaikan karena siswa cenderung hanya menghafalkan materi daripada mengembangkan daya pikir. Untuk mencapai tujuan dalam kurikulum 2013 diperlukan suatu kegiatan pembelajaran inovatif yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang menitik beratkan kepada siswa sebagai pembelajar terhadap permasalahan yang otentik atau relevan yang akan dipecahkan dengan menggunakan seluruh pengetahuan yang dimilikinya atau dari sumber-sumber lainnya (Lidinillah, 2013). Ciri-ciri PBL yaitu menerapkan pembelajaran yang kontekstual, masalah yang disajikan dapat memotivasi siswa untuk belajar, pembelajaran integritas yaitu pembelajaran termotivasi dengan masalah yang tidak terbatas, siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, kolaborasi kerja, siswa memiliki berbagai keterampilan, pengalaman, dan berbagai konsep. PBL menjadikan masalah autentik sebagai fokus pembelajaran yang bertujuan agar siswa mampu menyelesaikan masalah tersebut, sehingga siswa terlatih untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skill). Menurut Arends (2008: 55), langkah-langkah dalam melaksanakan PBL ada 5 fase yaitu (1) mengorientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasi siswa untuk meneliti; (3) membantu investigasi mandiri dan berkelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Berpikir kritis (critical thinking) adalah salah satu kecakapan yang diharapkan terbentuk pada diri siswa. Menurut Li & Yang (2014: 68) critical thinking adalah kemampuan dalam mengidentifikasi masalah, mampu membentuk perspektif yang jelas tentang masalah yang ada, adanya pengakuan perspektif alternatif, lokasi masalah dalam konteks yang tepat, mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi bukti, mampu memberikan pengakuan asumsi-asumsi mendasar yang tersirat atau dinyatakan oleh representasi suatu masalah, mampu memberikan penilaian implikasi dan kesimpulan potensial.
PBL erat kaitannya dengan berpikir kritis. Dalam PBL siswa disajikan masalah yang akan dijadikan fokus utama pembelajaran. Siswa dikenalkan cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam dunia nyata. Kegiatan tersebut akan melatih siswa berpikir kritis sesuai dengan aspek-aspek kecakapan critical thinking menurut Carin & Sund (Devi, 2017: 53) yang mencakup keterampilan berpikir untuk mengklasifikasi, membuat asumsi, memprediksi dan berhipotesis, menyimpulkan dan menginterprestasikan data serta menarik kesimpulan, mengukur, merancang penyelidikan untuk memecahkan suatu masalah, mengamati, mereduksi kesalahan eksperimen, mengevaluasi, dan menganalisis.
Pada penerapannya terbukti PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal itu terlihat dari data hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Tegalsari tapel 2020/2021 pada mupel matematika mengalami peningkatan sebesar 23,40%, setelah diterapkannya PBL. Selain itu bukti empirik yang mendukung model PBL dalam meningkatkan berpikir kritis adalah hasil penelitian Tosun dan Taskesenligil (2011) yang menunjukan bahwa PBL memiliki kontribusi yang positif terhadap kemampuan berpikir kritis yang merupakan bagian dari sub dimensi kognitif. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan Akinoglu & Tandogen (2007) menunjukan bahwa PBL berpengaruh pada pencapaian prestasi, sikap, dan konsep belajar siswa.
Egi Gustomo Arifin, S.Pd.
Guru SD Negeri Tegalsari
Kec. Bruno, Kab. Purworejo