Kondisi pandemi yang telah berlangsung lama “memaksa” guru untuk terus kreatif dalam memilih model, metode, dan media pembelajaran alternatif. Beragam platform media sosial dan aplikasi digunakan guru, terutama yang ramah kuota dan menarik perhatian dan disenangi siswa. Salah satu aplikasi yang ramah kuota karena durasi maksimal pemakaian hanya sekitar satu menit dan pembuatan kontennya dapat memunculkan kreativitas adalah TikTok. Aplikasi digunakan oleh beberapa guru, termasuk guru IPS di SMP Negeri 4 Kembang, Kabupaten Jepara.
TikTok merupakan aplikasi video musik pendek yang dikembangkan oleh Toutiao dari Cina. Aplikasi ini hadir dengan menawarkan kegembiraan bagi penggunanya untuk berkreasi menghasilkan video yang saat ini tidak sekadar video musik pendek, tetapi juga berisi konten pengetahuan umum. Berdasarkan catatan bulan Juni 2021, terdapat 10 Juta pengguna aktif Tiktok di Indonesia dan 732 Juta pengguna aktif di seluruh dunia yang didominasi oleh kaum milenial berusia 18 – 24 tahun. Kenyataan ini, jika dimanfaatkan secara maksimal di dunia sekolah untuk pembelajaran tentu dapat memudahkan dan menarik perhatian siswa.
Pemanfaatan aplikasi TikTok untuk pembelajaran mampu meningkatkan pencapaian atau hasil belajar siswa karena dapat menimbulkan rasa nyaman dan antusias saat belajar. Secara prinsip, pembelajaran menggunakan multimedia didasarkan pada konsep bahwa proses belajar lebih bermakna dan mudah dipahami apabila dapat membangun hubungan model mental audio dan visual secara bersama. Pemanfaatan Tiktok sebagai media pembelajaran juga berkaitan erat dengan konsep pembelajaran berdasarkan pengalaman atau dikenal dengan experiential learning. pengalaman konkret saat pembelajaran dapat memberikan informasi yang menjadi dasar refleksi siswa terhadap materi yang diterima.
Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran daring di SMP Negeri 4 Kembang, Kabupaten Jepara dilaksanakan melalui grup WhatsApp, materi dan tugas dikirim ke grup kemudian hasilnya difoto dan dikirim kembali melalui media yang sama. Cara ini digunakan oleh para guru karena tidak ada panduan belajar saat terjadi pandemi, semua hal terjadi secara tiba-tiba. Kondisi ini menyebabkan siswa hanya belajar dengan mengerjakan tugas dari berbagai platform. Kadang-kadang ada siswa yang malas mengerjakan tugas karena kurang paham tentang materi pelajaran. Pembelajaran IPS mempunyai materi dengan banyak bacaan sehingga kurang efektif jika menggunakan media grup Whatsapp aja.
Penggunaan TikTok saat pembelajaran IPS di SMPN 4 Kembang, Kabupaten Jepara mencakup empat teori eksperiment learning yang dikembangkan oleh Kolb yaitu konseptualisasi abstrak, pengalaman konkret, eksperimen aktif, dan observasi reflektif. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, melalui TikTok, siswa dapat memahami dengan mudah konsep abstrak melalui pengalaman konkret. Konsep abstrak di sini adalah materi pelajaran IPS yang disampaikan guru (juga) melalui TikTok. Selanjutnya, pengalaman konkret adalah berupa penyelesaian tugas dengan mengunggah video penjelasan melalui TikTok. Aktivitas mengerjakan tugas dalam bentuk video dengan latar musik dan kemudian mengunggahnya sebagai tagihan tugas menjadi pengalaman langsung mereka tentang materi pelajaran. TikTok juga mengaktifkan perubahan pengalaman dari eksperimen aktif menjadi observasi reflektif. Hal ini dapat diperhatikan dari proses penggunaan TikTok bahwa aktivitasnya menjadi bagian dari eksperimen aktif siswa. Melalui aplikasi ini, mereka melakukan percobaan untuk menciptakan video tugas belajar dan mengeksplorasi kreativitas mereka untuk membuat video semenarik mungkin.
Oleh:
Gandung Setiawan, S.Pd
Guru SMP Negeri 4 Kembang, Jepara