Periode keemasan seseorang yang dapat mempengaruhi perkembangan kehidupan kedepannya adalah masa anak-anak. Pemberian pendidikan kepada anak sangat penting guna menopang dan memberikan pondasi di masa keemasannya. Salah satu cara agar anak dapat mengembangkan masa keemasannya melalui pendidikan adalah dengan proses pembiasaan pembelajaran di kelas dalam lembaga pendidikan atau sekolah. Pembentukan pola pikir anak sebagai seorang siswa pada pembiasaan pembelajaran di kelas oleh seorang guru menjadi bagian yang dominan. Perkembangan siswa terutama pada jenjang sekolah dasar memegang peranan vital sebagai tolak ukur dari keberhasilan guru mengelola kelas.
Pentingya pengelolaan kelas oleh guru terutama dalam proses pembelajaran, menuntut guru dapat menyajikan mendesain kelas sebagai sarana yang nyaman bagi siswa. Guru sebaiknya mampu menawarkan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Harapan proses pembelajaran seorang guru yang ideal seringkali masih sebatas isapan jempol saja, karena beberapa guru masih sering menggunakan model pembelajaran yang konvensional dan membosankan. Guru seakan kesulitan untuk memberikan proses pembelajaran dengan model yang menarik dan menggembirakan.
Kesan model pembelajaran yang monoton dan teacher centris masih menghantui pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Penerapan model pembelajaran yang bervariasi dan menarik sesuai dengan jenjang pendidikan sekolah dasar harusnya mampu ditampilkan oleh seorang guru yang profesional. Perubahan pola pembelajaran yang semula guru menjadi inti dari proses pembelajaran menjadi student Centered perlu segera diaplikasikan. Siswa diberikan kesempatan untuk terlibat secara langsung dan mendominasi setiap prosesnya.
Proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk melakukan kerjasama dengan siswa yang lain dapat disebut sebagai proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melakukan kerjasama dan diskusi bersama adalah Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dijelaskan sebagai bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen oleh Rusman (2011: 202). Pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan menurut Hamdayama (2016:145). Salah satu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk menemukan jawaban dan menyelesaikan permasalahan dengan menyenangkan serta berprinsip pembelajaran kooperatif adalah Scramble. Sohimin (2016: 166-167) menjelaskan bahwa model pembelajaran scramble merupakan model pembelajaran yang berbentuk permainan acak kata, kalimat, atau paragraph.
Penulis sekaligus guru SDN 01 Jetakkidul Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan turut memanfaatkan model ini pada materi mengklasifikasi informasi yang didapat dari buku. Pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Scramble dimulai guru menyampaikan materi awal pendahuluan, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar, indikator pembelajaran serta model pembelajaran yang akan digunakan.
Guru kemudian membagikan lembar kerja yang berisi kartu soal dan kartu jawaban yang telah dipersiapkan dan diacak kepada kelompok-kelompok kooperatif atau diskusi yang telah dibentuk sebelumnya. Soal dan jawaban yang telah teracak, dilanjutkan dengan didiskusikan dalam kelompok masing-masing. Batasan waktu diberikan oleh guru sebagai durasi dan melatih karakter kedisiplinan siswa. Sesekali guru melakukan pengamatan dan penilaian kepada semua kelompok. Guru juga memberikan pertanyaan dan masukan jika ditemukan permasalahan. Semua kelompok mengumpulkan hasil pekerjaan setelah durasi waktu yang diberikan telah habis. Menjelang akhir pembelajaran, semua jawaban masing-masing kelompok dibahas dalam kelas sebagai bahan masukan. Guru memberikan apresiasi kepada kelompok yang terbaik yaitu yang menyelesaikan tugas tercepat dan benar.
Penulis merasakan pemanfaatan model pembelajaran Scramble sangat memuaskan. Hal itu Nampak dengan meningkatnya minat dan motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Sony Krisnindito, S Pd.SD
SDN 01 Jetakkidul Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan