Di masa pandemi seperti sekarang ini, banyak kendala yang dihadapi hampir di semua sektor kehidupan termasuk dunia Pendidikan. Proses pembelajaran dengan sistim daring melibatkan banyak faktor pendukung yang saling berkaitan. Di antaranya adalah faktor guru, peserta didik, orang tua, kuota, jaringan internet, dan lingkungan belajar. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS-4 semester 3 Tahun Pelajaran 2010/2021 pada SMAN 10 Semarang. Dalam proses pembelajaran daring, guru harus mampu mengembangkan metode, strategi dan penguasaan teknologi yang mudah dipahami peserta didik.
Di sisi yang lain, orang tua dan peserta didik jurusan IPS yang mendapat mata pelajaran lintas minat kimia harus dapat bersinergi dalam mengelola fasilitas dan cara belajar yang efektif dan efisien (Stallions, 2003: 251). Bagi peserta didik jurusan IPS, mata pelajaran kimia dianggap susah karena harus menghafal rumus dan melaksanakan praktikum. Hal ini menjadi tantangan guru untuk mencari metode yang tepat agar peserta didik mendapatkan rangsangan positif bahwa kimia adalah kebutuhan. Pergantian kurikulum menuntut perubahan orientasi pembelajaran kimia. Namun demikian, cara pembelajaran kimia tidak banyak mengalami perubahan. Secara umum, pembelajaran kimia di SMA masih didominasi oleh penyimpanan informasi atau ceramah dari guru, pemberian contoh-contoh, dan latihan soal-soal (Redhana, 2011). Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah Realistic Chemistry Education (RCE).
Realistic Chemistry Education (RCE) pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran kimia sehingga mencapai tujuan pendidikan kimia secara lebih baik. Ide utama pembelajaran kimia realistik adalah peserta didik harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) konsep dan prinsip kimia di bawah bimbingan orang dewasa. Peserta didik diberi kesempatan untuk menemukan ide atau konsep kimia berdasarkan pengalaman anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan sekolah, keluarga, atau lingkungan masyarakat yang benar-benar dikenal peserta didik (Rustaman. 1996).
Berdasarkan prinsip dan karakteristik pembelajaran kimia realistik, maka langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kegiatan inti proses pembelajaran adalah sebagai berikut: pertama, memahami masalah kontekstual; kedua, menjelaskan masalah kontekstual, di mana guru menjelaskan situasi dan kondisi masalah dengan memberikan petunjuk atau saran seperlunya terhadap bagian tertentu yang belum dipahami peserta didik; ketiga, menyelesaikan masalah kontekstual secara individual dengan cara dan menggunakan perlengkapan yang sudah mereka pilih sendiri; keempat, membandingkan dan mendiskusikan jawaban soal secara berkelompok di dalam kelas; kelima, menyimpulkan suatu konsep atau prinsip.
Pembelajaran kimia realistik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan kembali dan memahami konsep-konsep kimia berdasarkan pada masalah realistik yang diberikan oleh guru. Situasi realistik dalam masalah memungkinkan peserta didik menggunkan cara-cara informal untuk menyelesaikan masalah. Cara-cara informal peserta didik yang merupakan produksi peserta didik memegang peranan penting dalam penemuan kembali dan memahami konsep. Hal ini berarti informasi yang diberikan telah dikaitkan dengan skema peserta didik. Melalui interaksi kelas keterkaitan skema peserta didik akan menjadi lebih kuat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas XI IPS-4 SMAN 10 Semarang, metode Realistic Chemistry Education (RCE) dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan respon peserta didik selama proses pembelajaran sangat baik. Mereka aktif menjawab setiap pertanyaan yang diajukan guru, sehingga suasana pembelajaran daring menjadi hidup. Nilai hasil hasil belajar mereka baik pada penugasan maupun ulangan harian juga mengalami peningkata yang cukup signifikan.
Oleh:
Subuh Jaelani, M.Pd.
Guru Kimia SMAN 10 Semarang