Pada saat ini masalah kesehatan yang berhubungan dengan Covid-19 semakin mendominasi ruang publik. Dalam waktu yang singkat menjadi trending topik dan dibicarakan secara masif di media baik cetak maupun elektronik. Hal ini dikarenakan Covid-19 yang dikenal dengan virus Corona yang sangat cepat menular sehingga menyebabkan angka kematian yang tinggi. Pemerintah memutuskan menerapkan kebijakan untuk melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara online.
Sistem PJJ merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa namun dilakukan secara online menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, walaupun siswa berada di rumah. Solusi dari hal tersebut adalah guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan media daring. Misalnya dengan memanfaatkan media sosial seperti WhatsApp (WA), Telegram, Zoom, Google Meet dan lain sebagainya. Dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial tersebut, guru dapat memastikan siswa mengikuti PJJ dengan baik walaupun di tempat yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.
Layanan Bimbingan dan Konseling (BK) di SMA Negeri 3 Cilacap saat ini sudah beralih ke layanan daring. Fenomena ini menjadi tantangan bagi guru BK untuk menerapkan strategi layanan BK dengan mengoptimalkan teknologi dan media sosial. BK menyajikan layanan dalam pembelajaran daring melalui format yang bermakna bagi siswa. Guru BK berperan untuk mengatasi hambatan belajar peserta didik, pengembangan karakter baik di rumah dan bagaimana membantu siswa dalam pengembangan life skill atau keterampilan hidup sehari-hari. Salah satu layanan BK yang diberikan adalah konseling kelompok dengan menggunakan Google Meet.
Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok (Prayitno dalam Vitalis, 2008:63).
Layanan konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina, dalam suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik (Winkel dan Hastuti, 2004:198).
Tujuan dari konseling kelompok adalah melatih siswa agar berani bicara dihadapan orang banyak, melatih siswa dapat bertoleransi dengan temannya, mengembangkan bakat dan minat masing-masing. mengentaskan permasalahan-permasalahan yang dihadapi kelompok dan melatih siswa untuk berani melakukan sharing dalam kelompok. Materi layanan konseling kelompok antara lain pemahaman pribadi dan sosial, masalah belajar, serta perencanaan karir. Teknik layanan dalam konseling kelompok antara lain teknik penguatan, teknik summary (meringkas), ability potential, teknik probing, refleksi perasaan, teknik diskusi, teknik interpretasi, teknik konfrontasi, klarifikasi, dan role playing (bermain peran).Terdapat lima fase proses konseling kelompok menurut Winkel dan Hastuti (Vitalis, 2008:66) yakni pembukaan, penjelasan masalah, penggalian latar belakang masalah, penyelesaian masalah, dan penutup.
Penggunaan media Google Meet di masa pandemi dinilai dapat membantu penyampaian informasi dalam layanan konseling kelompok menjadi lebih jelas, konkret, dan interaktif. Media ini dianggap mampu meningkatkan efektivitas partisipasi siswa dalam menyampaikan pendapat dan diskusi dalam layanan konseling kelompok sehingga permasalahan dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh :
Annastia Martina Tristianti, S.Pd
Guru BK SMA Negeri 3 Cilacap
