Pendidikan menjadi kunci kesuksesan suatu Bangsa. Melalui pendidikan Negara akan maju. Peningkatan kualitas pendidikan menjadi hal penting yang harus dilakukan untuk memenuhi tuntutan zaman. Siswa menjadi sorotan penting dalam dunia pendidikan. Hal ini terjadi karena ketercapaian tujuan pendidikan akan tercermin dari keberhasilan siswa dalam mengikuti rangkaian pembelajaran. Salah satu nilai karakter yang terdapat dalam pendidikan yaitu rasa ingin tahu. Adanya rasa ingin tahu menjadikan siswa terus berupaya mengetahui atau mempelajari sesuatu dari segala sumber belajar yang tersedia. Sikap rasa ingin tahu diperlukan siswa untuk mendorong agar siswa tertarik mempelajari dan menggali informasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas terhadap sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar (Kemendiknas, 2010:10). Salirawati (2015) menyatakan bahwa rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupayah untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajari, dilihat, dan didengar.Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2013:10) menyatakan bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Djamarah (2011:13) berpendapat bahwa belajar juga dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga yang memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Rendahnya rasa ingin tahu siswa dalam proses pembelajaran dikarenakan kurangnya kegiatan belajar yang menitik beratkan pada aktivitas siswa untuk menggali pengetahuannya mengenai materi yang dipelajari. Pembelajaran seperti ini menjadi kurang efektif untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, karena siswa hanya memperoleh materi dari guru. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak pada rendahnya rasa ingin tahu siswa. Dengan adanya permasalahan tersebut maka perlu adanya inovasi untuk menarik siswa supaya lebih aktif, salah satu cara agar meningkatkan rasa ingin tahu siswa dengan menggunakan model Numbered Heads Together.
Menurut Kurniasih & Sani (2005:29) mengatakan bahwa model Numbered Heads Together memiliki ciri khas dimana guru hanya meminta satu nomer (seorang siswa) untuk mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Spenser Kagan (Shoimin, 2014:107) berpendapat bahwa model Numbered Heads Together mengacu pada belajar kelompok siswa yang masing-masing anggota memiliki bagian tugas ( pertanyaan) dengan nomor yang berbeda-beda. Menurut Anita Lie (2007) mengemukakan pendapat bahwa Numbered Heads Together adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif pendekatan structural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat.
Model Numbered Heads Together digunakan di kelas IV SDN Klapa materi meneladani perilaku nabi Ismail a.s. pembelajaran dilakukan sebagai berikut: guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, masing-masing siswa diberikan nomor kelompok, guru memberikan tugas/ pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya, setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut, guru memanggil salah satu nomor secara acak, siswa dengan nomor yang terpanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.
Yanti Hermawati S.Pd.I
SDN Klapa
Punggelan, Banjarnegara