24.1 C
Semarang
Jumat, 15 Agustus 2025

Peningkatan Berbicara Bahasa Jawa Krama Inggil Melalui Role Playing Dengan Media Papan Tempel

Bahasa mempunyai peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa yang merupakan faktor utama penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Mata pelajaran Bahasa Jawa bertujuan untuk menanamkan nilai- nilai budi pekerti para siswa dalam berkomunikasi. Belajar  berbicara bahasa Jawa, berarti juga belajar norma kesopanan dan kesantunan dalam bermasyarakat.

Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa di SD disebabkan proses pembelajaran  yang kurang menarik minat siswa dan manfaatnya yang tidak bisa dirasakan langsung oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Faktor lain yang menghambat pembelajaran bahasa Jawa adalah kurangnya pembiasaan siswa untuk berbicara bahasa  Jawa Krama Inggil dalam kehidupan sehari- hari.

Mata pelajaran bahasa Jawa sebagai  pembentuk karakter dan penanaman nilai budi pekerti, tidak lepas dari  unggah- ungguh  bahasa.  Unggah- ungguh  dalam bahasa Indonesia berarti budi pekerti,  unggah-ungguh  Bahasa Jawa dibedakan menjadi dua yaitu bentuk ngoko  dan krama  (Setiyanto, 2010: 26). Ragam  ngoko dapat dibedakan menjadi dua yaitu ngoko lugu  dan  ngoko alus. Ngoko lugu adalah bentuk  unggah-ungguh  bahasa Jawa yang semua kosakatanya berbentuk  ngoko  atau netral tanpa terselip  krama, krama inggil, atau  krama andhap sedangkan ngoko  alus adalah bentuk  unggah-ungguh  yang didalamnya bukan hanya terdiri atas ngoko  dan netral saja melainkan juga terdiri atas leksikon  krama inggil, krama andhap , dan  krama. Ragam  krama  mempunyai dua bentuk varian yaitu krama lugu dan  krama alus . Ragam krama lugu dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk ragam krama yang kadar kehalusannya rendah. Sedangkan krama alus adalah bentuk  unggah-ungguh  bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri atas leksikon  krama  dan dapat ditambah dengan leksikon  krama inggil  atau  krama andhap . Leksikon  krama inggil  dan  andhap selalu digunakan untuk penghormatan terhadap mitra wicara.

Baca juga:  Komik Canva Alternatif PJJ yang Menarik

Model  Role Playing menurut Uno (2009: 26) adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema atau masalah dengan kelompok. Dalam model Role Playing, siswa diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Pembelajaran  Role Playing memiliki manfaat diantaranya : (1) dapat memberikan semacam  hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang siswa pelajari. (2) melibatkan semua murid. (3) dapat memberikan  kesenangan kepada siswa, karena pada dasarnya  Role Playing adalah permainan. Keunggulan model ini diantaranya dapat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa  dengan guru, siswa dengan siswa. Selain itu siswa mempunyai lebih banyak kesempatan  untuk meningkatkan keterampilannya. Media papan tempel adalah sebilah papan yang fungsinya sebagai tempat untuk menempelkan pesan atau gambar untuk membantu guru dalam menyampaikan materi.

Baca juga:  Gudis Learning Dengan Apek Tingkatkan Pemahaman Anak Pada Materi Prisma dan Limas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara  bahasa Jawa krama inggil kelas IV SD negeri 1 Kuwasen semester 1 tahun 2022/2023 pada prasiklus  memperoleh rata-rata nilai 65 dengan kategori cukup, siklus I memperoleh rata-rata nilai 75 dengan kategori baik dan pada siklus II memperoleh rata-rata nilai 82 dengan kategori baik. Melalui model Role Playing dengan media papan tempel dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Saran bagi guru hendaknya dalam  mengajar menggunakan model pembelajaran dan media antara lain dengan menerapkan model Role Playing dengan media papan tempel pada mata pelajaran yang lain.

 

Oleh : Suparman, S.Pd.SD

Kepala  SD Negeri 1 Kuwasen Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara


TERKINI

Rekomendasi

Lainnya