Bahasa mempunyai peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa yang merupakan faktor utama penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Mata pelajaran Bahasa Jawa bertujuan untuk menanamkan nilai- nilai budi pekerti para siswa dalam berkomunikasi. BelajarĀ berbicara bahasa Jawa, berarti juga belajar norma kesopanan dan kesantunan dalam bermasyarakat.
Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa di SD disebabkan proses pembelajaranĀ yang kurang menarik minat siswa dan manfaatnya yang tidak bisa dirasakan langsung oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Faktor lain yang menghambat pembelajaran bahasa Jawa adalah kurangnya pembiasaan siswa untuk berbicara bahasaĀ Jawa Krama Inggil dalam kehidupan sehari- hari.
Mata pelajaran bahasa Jawa sebagaiĀ pembentuk karakter dan penanaman nilai budi pekerti, tidak lepas dariĀ unggah- ungguhĀ bahasa.Ā Unggah- ungguhĀ dalam bahasa Indonesia berarti budi pekerti,Ā unggah-ungguhĀ Bahasa Jawa dibedakan menjadi dua yaitu bentuk ngokoĀ dan krama Ā (Setiyanto, 2010: 26). RagamĀ ngoko dapat dibedakan menjadi dua yaitu ngoko luguĀ danĀ ngoko alus. Ngoko lugu adalah bentukĀ unggah-ungguhĀ bahasa Jawa yang semua kosakatanya berbentukĀ ngokoĀ atau netral tanpa terselipĀ krama, krama inggil, atauĀ krama andhap sedangkan ngokoĀ alus adalah bentukĀ unggah-ungguhĀ yang didalamnya bukan hanya terdiri atas ngokoĀ dan netral saja melainkan juga terdiri atas leksikonĀ krama inggil, krama andhap , danĀ krama. RagamĀ kramaĀ mempunyai dua bentuk varian yaitu krama lugu danĀ krama alus . Ragam krama lugu dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk ragam krama yang kadar kehalusannya rendah. Sedangkan krama alus adalah bentukĀ unggah-ungguhĀ bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri atas leksikonĀ kramaĀ dan dapat ditambah dengan leksikonĀ krama inggilĀ atauĀ krama andhap . LeksikonĀ krama inggilĀ danĀ andhap selalu digunakan untuk penghormatan terhadap mitra wicara.
ModelĀ Role Playing menurut Uno (2009: 26) adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema atau masalah dengan kelompok. Dalam model Role Playing, siswa diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa bersama teman-temannya pada situasi tertentu. PembelajaranĀ Role Playing memiliki manfaat diantaranya : (1) dapat memberikan semacamĀ hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang siswa pelajari. (2) melibatkan semua murid. (3) dapat memberikanĀ kesenangan kepada siswa, karena pada dasarnyaĀ Role Playing adalah permainan. Keunggulan model ini diantaranya dapat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswaĀ dengan guru, siswa dengan siswa. Selain itu siswa mempunyai lebih banyak kesempatanĀ untuk meningkatkan keterampilannya. Media papan tempel adalah sebilah papan yang fungsinya sebagai tempat untuk menempelkan pesan atau gambar untuk membantu guru dalam menyampaikan materi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicaraĀ bahasa Jawa krama inggil kelas IV SD negeri 1 Kuwasen semester 1 tahun 2022/2023 pada prasiklus Ā memperoleh rata-rata nilai 65 dengan kategori cukup, siklus I memperoleh rata-rata nilai 75 dengan kategori baik dan pada siklus II memperoleh rata-rata nilai 82 dengan kategori baik. Melalui model Role Playing dengan media papan tempel dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Saran bagi guru hendaknya dalamĀ mengajar menggunakan model pembelajaran dan media antara lain dengan menerapkan model Role Playing dengan media papan tempel pada mata pelajaran yang lain.
Oleh : Suparman, S.Pd.SD
Kepala Ā SD Negeri 1 Kuwasen Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara