IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Ischak SU, 1997: 1.30). Substansi IPS memuat Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Muatan tersebut bersifat terpadu, artinya bahwa muatan pelajaran tersebut dipelajari dalam satu mata pelajaran yaitu IPS. Muatan mata pelajaran IPS yang cukup banyak dan didomnisasi dengan materi materi yang membutuhkan hafalan, membuat siswa menganggap IPS adalah pelajaran yang membosankan.
Selain banyaknya muatan pelajaran, metode mengajar guru yang lebih banyak ceramah menambah kebosanan dan keengganan siswa dalam belajar IPS. Salah satu upaya yang bisa dilakukan guru untuk mengatasi kebosanan siswa adalah dengan menggunakan metode yang bervariasi sehingga belajar IPS menjadi lebih menyenangkan. Menurut Syaiful Sagala (2009:176), menyenangkan dalam pembelajaran dapat dilihat dari : (a) tidak tertekan, (b) bebas berpendapat, (c) tidak mengantuk, (d) bebas mencari obyek, (e)tidak jemu, (f)banyak ide, (g) santai tapi serius, (h) dapat berkomunikasi dengan orang lain, (i) tidak merasa canggung, (j) belajar di alam bebas, dan (k) tidak takut. Jika anak melakukan suatu aktivitas dengan melihat beberapa hal diatas berarti anak berada dalam kondisi yang menyenangkan.
Salah satu metode pembelajaran yang menyenangkan adalah metode scramble atau acak kata. Menurut Zaenab (2018), mode pembelajaran scramble merupakan sebuah metode pembelajaran yang berbentuk permainan acak kata, kalimat atau paragraf. Model pembelajaran ini memerlukan kerja sama antar anggota kelompok untuk saling membantu dalam berpikir kritis sehingga lebih mudah dalam mencari penyelesaian soal.
Penerapan metode IPS pada materi interaksi sosial diawali dengan membuat lembar kerja siswa yang berisi istilah – istilah dalam interaksi sosial yang telah diacak kata – katanya. Ada 5 langkah pembelajaran yang diterapkan yaitu : a) Guru menyampaikan materi interkasi sosial secara singkat, b) Membagi siswa menjadi 5 kelompok, c) Membagikan lembar kerja kepada setiap kelompok, d) Diskusi kelompok, e) Presentasi dengan metode window shopping, f) Kesimpulan dan refleksi.
Guru mengawali pembelajaran dengan kegiatan pendahuluan, menyampaikan kompetensi dan materi interaksi sosial. Siswa dibagi menjadi lima kelompok, setiap kelompok diberi lembar kerja untuk dikerjakan bersama. Pada kerja kelompok ini setiap anggota bertanggung jawab untuk merangkai satu istilah yang telah diacak dan mencari pengertian serta contoh dari istilah tersebut. Selanjutnya guru meminta masing – masing kelompok untuk menempelkan lembar kerja pada dinding kelas sesuai ketentuan yang ditetapkan. Setiap kelompok di bagi menjadi 2 tim yaitu tim penjaga hasil lembar kerja dan tim pengunjung ke kelompok lainnya. Tim penjaga bertugas menjawab dan menggapi pertanyaan dari pengunjung. Tim pengunjung bertugas bertanya, menanggapi dan mencatat hasil kunjungannya ke kelompok lain.
Tahap terakhir adalah kesimpulan dan refleksi. Hasilnya, semua siswa merasa senang, tidak bosan, tidak mengantuk dan tertantang untuk menyelesaikan soal berupa istilah yang kata-katanya telah diacak. Pada saat window shoping siswa mendapatkan pengalaman berkomunikasi dengan anggota kelompok yang berbeda, tidak malu untuk mengemukakan pendapat maupun menjawab pertanyaan. Namun pada saat mengerjakan lembar kerja siswa kurang menepati waktu yang telah ditentukan sehingga tahapan refleksi menjadi kurang maksimal.
Pembelajaran interkasi sosial dengan acak kata dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Metode ini memberikan pengalaman yang menyenangkan dan menantang bagi siswa, sehingga belajar IPS menjadi lebih menarik dan tidak membosankan.
Oleh : Harisah Rachmawati, S. Pd.
Guru IPS di SMP Negeri 2 Dukun, Kabupaten Magelang