Pembelajaran matematika harus melibatkan proses dan motivasi berpikir siswa secara aktif dengan mengembangkan kemampuan kognitif masing masing siswa. Pemilihan pengalaman belajar bagi siswa merupakan salah satu tugas guru sebagai fasilitator yang bertugas menyediakan lingkungan belajar bagi siswa. Ketidaksesuaian metode/model yang dipilih oleh guru dalam pembelajaran akan berdampak pada hasil belajar siswa.
Hal ini terjadi di sekolah-sekolah, salah satunya SDN 5 Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Tahun Pelajaran 2022/2023 semester 2. Dari data perolehan nilai bidang studi matematika terutama penjumlahan dan pengurangan dalam soal cerita memperlihatkan bahwa persentase ketuntasan siswa kurang dari 60%. Data menunjukkan bahwa dari 14 siswa, sekitar 50% ( 7 siswa) sudah tuntas belajar dengan nilai minimum 75 sedangkan 50% ( 7 siswa ) sisanya tidak tuntas belajar.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan penulis sekaligus guru kelas I, kondisi ini menunjukkan bahwa diperlukannya suatu usaha perbaikan dalam model pengajaran matematika yang dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dalam proses belajar mengajar. Menurut Reinita & Andrika (2017 : 63) model pemebelajaran yang digunakan sebaiknya memeberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan memcahkan masalah serta dapat berbagi dalam menyampaikan informasi yang didapat. Pemecahan masalah menjadi salah satu model yang sering digunakan dalam pembelajaran matematika hal ini sejalan dengan pendapat Susiana (2010:24)
Jadi menurut penulis, model pembelajaran matematika yang sesuai dengan masalah tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Problem
Based Learning (PBL) merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa pada suatu pemecahan masalah, yang bermaksud agar mereka dapat menyusun pengetahuan mereka sendiri dari hasil pemecahan yang mereka temukan. Dalam proses pembelajaran ini dapat membantu siswa mengembangkan cara berfikir dan kemampuan memecahkan masalah yang akan digunakan sebagai konsep dan dapat belajar lebih dewasa sehingga siswa itu lebih mandiri. Selain itu pembelajaran ini sangat melibatkan siswa secara langsung dalam belajar sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih gampang diserap dan lebih tahan lama karena mereka menemukannya sendiri akibatnya dapat meningkatkan prestasi mereka.
Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa. Menurut Ahmad(2016:172) maksud dalam menyelesaikan soal cerita adalah siswa akan mengingat kembali materi yang di pelajarinya sehingga pemahaman kepada materi tersebut semakin kuat. Kemampuan menyelesaikan soal cerita menuntun cara berfikir tingkat tinggi untuk siswa. Sehingga hal tersebut berdampak pada hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar adalah tolak ukur untuk melihat keberhasilan siswa dalam menguasi materi yang disampaikan selama proses pembelajaran (Siddiq & Reinita, 2019:47). Masalah yang disajikan dalam Problem Based Learning sebaiknya merupakan masalah autentik. Masalah autentik adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung jika ditemukan penyelesainnya. Langkah-langkah dalam pengajaran PBL terjadi dalam 5 fase, berikut ini adalah tahap pembelajaran menurut Ibrahim dan Nur (Rusman 2012 : 243) : a). Mengorientasikan siswa pada masalah, b), Mengorganisasikan siswa untuk belajar, c). Membimbing penyelidikan individu dan kelompok, d). Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Tepatnya pemilihan pendekatan atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning terbukti dapat mempengaruhi minat dan motivasi siswa untuk belajar terutama mapel matematika penjumlahan dan pengurangan dalam soal cerita. Hasil belajar peserta didik menunjukan kenaikan yang signifikan dengan predikat tuntas KKM dan nilai rata-rata 85. Intinya, suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam matematika, seyogyanya dapat ditemukan oleh peserta didik dengan pemanfaatan masalah/problem dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis :
Zuliana Widiastuti, S.Pd. SD
Guru SDN 5 Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara