Kenakalan dan bullying sering terjadi pada pada saat siswa belajar di kelas. Hal ini terjadi karena kondisi kelas yang tidak kondusif. Guru tidak mampu menjalankan perannya sebagai inovator pembelajaran. Perasaan kurang yakin terhadap kemampuan diri sendiri dalam menjalankan peran tersebut merupakan aspek penting yang akan berpengaruh pada perilaku parenting yang ditampilkan (Hastings & Brown 2002).
Penulis selaku Kepala sekolah menjadi fasilitator guru SDN 1 Tanjungsari Rembang untuk membantu menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Ini sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah ‘menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat”
Tujuan ini selaras dengan tujuan PSE (Pembelajaran Sosial Emosional) yaitu agar peserta didik mampu mencapai kebahagiaan dan keberhasilan dalam hidup dengan keseimbangan antara kompetensi akademik dan sosial emosional. Sehingga siswa merasa aman dan nyaman saat belajar di kelas.
PSE dapat diartikan sebagai pembelajaran kolaboratif yang melibatkan seluruh pihak terkait yang bertujuan untuk melatih kemampuan siswa agar dapat memahami, mengolah, dan mengekspresikan aspek sosial dan emosionalnya untuk sukses dalam melakukan berbagai macam aktifitas hidup seperti belajar, membangun hubungan, menyelesaikan masalah sehari-hari, dan beradaptasi terhadap berbagai macam tuntutan perubahan dan perkembangan. PSE merupakan proses autentik yang membutuhkan keterlibatan dan kerjasama sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam membangun lingkungan dan ekosistem belajar yang dapat memberikan pengalaman autentik bagi siswa dalam melatih kemampuan sosial emosionalnya.
Menerapkan PSE pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Diantaranya adalah PSE dengan kerangka CASEL (Collaborative for the Advancement of Social and Emotional Learning). CASEL adalah sebuah organisasi yang bertujuan memberikan kampanye dan advokasi untuk penerapan PSE dengan berdasarkan pada riset dan bukti ilmiah. Pembelajaran Sosial Emosional dalam kerangka CASEL ini mencakup 5 komponen yaitu: Kesadaran Diri (Self Awareness), Pengelolaan Diri (Self Management), Kesadaran Sosial (Social Awareness), Kemampuan Berinteraksi Sosial (Relationship Skills), Pengambilan Keputusan Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making).
Beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam menerapkan PSE diantaranya adalah teknik STOP (Stop, Take a deep breath, Observe, dan Proceed), PSE berbasis Mindfulness, identifikasi perasaan baik secara lisan maupun tulis dalam bentuk jurnal diri, membuat puisi aktrostik, membuat kolase diri, memeriksa perasaan diri, menuliskan ucapan terima kasih bisa dalam bentuk surat yang ditujukan kepada orang terdekat atau orang lain, mengidentifikasi emosi dapat dilakukan dengan dipimpin guru secara lisan dengan beragam teknik, mindful eating,mencari teman baru, mengenal situasi menantang, menyadari kondisi tubuh, kegiatan menulis surat, kegiatan role play atau bermain peran secara aktif, atau kegiatan menulis pengalaman dalam berdiskusi secara berkelompok.
Pengalaman belajar tentang KSE ini penulis peroleh dari pengalaman selama menjadi Pengajar Praktik dalam Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 di kabupaten Rembang. Penulis selaku kepala sekolah, menularkan pengalaman ini kepada guru di SDN 1 Tanjungsari melalui IHT. Semua guru merespon baik dan sangat merasakan manfaatnya.
Melalui PSE dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman seluruh individu di sekolah dan kompetensi akademik serta kesejahteraan psikologis di SD Negeri 1 Tanjungsari meningkat.
Oleh:
Eko Yunianto, S.Pd.SD
Kepala SDN 1 Tanjungsari Kec. Rembang Kab. Rembang