Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit karena para peserta didik sudah menjudge bahwa matematika itu sulit dan rumit karena selalu berhubungan dengan angka, rumus dan hitung-menghitung. Mereka pun tidak berniat untuk mempelajarinya, kecuali karena tuntutan materi. Pemikiran awal peserta didik yang seperti itu jelas akan memengaruhi terhadap penguasaan matematika karena sebelumnya sudah ada rasa takut tidak bisa memahami pelajaran matematika dan malas. Mereka sudah terlebih dahulu tidak tertarik dengan matematika sebelum mencobanya.
Demikian juga yang dialami oleh peserta didik kelas V SD Negeri 01 Kebondalem, Kabupaten Pemalang. Nilai hasil belajar mata pelajaran matematika KD 3.5 Menjelaskan, dan menentukan volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan) serta hubungan pangkat tiga dengan akar pangkat tiga masih rendah. Hasil ulangan harian hanya 63 persen peserta didikyang lulus KKM, sementara 37 persen sisanya belum mencapai KKM. Hal ini menjadi perhatian guru untuk memberikan pembelajaran yang asik dan menyenangkan supaya mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
Penulis menerapkan pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) pada pelajaran matematika khususnya pada materi volume bangun ruang. Slavin (2005: 163) menyatakan “TGT adalah model pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen akademik dalam menggunakan kuis-kuis, dimana para peserta didik berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka”. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament) menurut Slavin (Rusman, 2012: 225) “Pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class presentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan (team recognition)”. Sedangkan Trianto (2010: 84) menyatakan langkah-langkah pembelajaran TGT, yaitu: “(a) Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku; (b) Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasi pelajaran tersebut, dan (c) Seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu”.
Setelah pembelajaran berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, Hal ini dapat menyenangkan peserta didik atas prestasi yang telah mereka capai. Menurut pengamatan penulis penggunaan pembelajaran kooperatif model TGT pada pelajaran matematika khususnya pada materi volume bangun ruang membuat peserta didik lebih bersemangat dalam belajar, tidak bosan, dan mudah untuk memahaminya. Tidak hanya peserta didik yang pintar yang lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya, adanya rasa kebersamaan, rasa saling menghargai sesama anggota kelompoknya dan menyenangkan.
Hasil belajar matematika materi volume bangun ruang kelas V SD Negeri 01 Kebondalem Kabupaten Pemalang yang awalnya hanya 63 persen peserta didik yang mencapai KKM, sekarang sudah meningkat menjadi 92 persen. Dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas V.
Oleh : Daryanto, S.Pd.SD
Guru SDN 01 Kebondalem Kecamatan Pemalang Kab. Pemalang