Keberagaman menurut Banks (2005) adalah sebuah jenis yang alami pada manusia dan siswa pada umumnya selalu berbeda siswa satu dengan yang lain dalam hal tertentu. Setiap peserta didik memiliki keragaman yang berbeda-beda, mulai dari perbedaan individu dari segi psikis maupun fisik. Setiap peserta didik merupakan individu yang istimewa. Dalam sebuah kelas, tentunya muncul keberagaman peserta didik. Keberagaman tersebut antara lain keberagaman kemampuan akademik dan non akademik, keberagaman karakteristik, keberagaman gaya belajar, keberagaman hasil belajar dan sebagainya. Sebagai pendidik, hendaknya pendidik dapat menyusun sebuah treatment yang dapat mengakomodasi keberagaman hasil belajar dan gaya belajar peserta didik.
Hasil belajar menurut Purwanto (2011 : 46) adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dalam domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Sudijono (2016 : 114) mendefinisikan hasil belajar sebagai sebuah tindakan evaluasi yang dapat mengungkap aspek proses berpikir (cognitive domain) juga dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap (affective domain) dan aspek keterampilan (psychomotor domain) yang melekat pada diri setiap individu peserta didik. Berdasarkan asesmen formatif pada mata pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial) dengan materi seputar indra penglihatan dan bagian-bagiannya diperoleh hasil belajar yang masih rendah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut seperti : 1) peserta didik belum memahami konsep tentang indera penglihatan dan bagian-bagiannya; 2) penerapan metode dan model pembelajaran yang belum mengakomodasi keberagaman tingkat pemahaman dan gaya belajar siswa; dan 3) kurangnya media pembelajaran yang variatif.
Salah satu alternatif treatment yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu model pembelajaran berdiferensiasi. Menurut Tomlinson (2001: 45), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Selain itu Purba (2021:27) menyatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi berbeda dengan pembelajaran individual seperti yang dipakai untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Dalam pembelajaran berdiferensiasi menurut Husni (2022) guru tidak menghadapi peserta didik secara khusus satu persatu (on-one-on) agar ia mengerti apa yang diajarkan, juga dapat berada di kelompok besar, kecil atau secara mandiri dalam belajar. Husni (2022) juga menyatakan kebutuhan tersebut dapat berupa pengetahuan yang ada, gaya belajar, minat, dan pemahaman terhadap mata pelajaran.
Langkah-langkah persiapan yang perlu dilakukan agar pembelajaran berdiferensiasi dapat berjalan efektif menurut Amin (2022) antara lain: (1) menentukan tujuan pembelajaran; (2) memetakan kebutuhan belajar murid (kesiapan belajar, minat, profil belajar; (3) menentukan strategi dan alat penilaian yang akan digunakan; dan (4) menentukan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi yang akan dijalankan (konten, proses, produk). Untuk menunjang pembelajaran berdiferensiasi, penulis menyediakan media gambar indera penglihatan beserta fungsinya yang bisa dipasangkan, menyanyikan lagu tentang mata, menayangkan video animasi indera penglihatan dan bagian-bagiannya serta memberikan asesmen formatif melalui kuis online.
Setelah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, penulis menyimpulkan hasil belajar materi indera penglihatan dan fungsinya peserta didik Kelas V SDN Bendungan pada mata pelajaran IPAS mengalami peningkatan. Peserta didik dapat memahami indera penglihatan dan bagian-bagiannya serta menemukan gaya belajar yang sesuai.
oleh
Meika Dhaning Purwitasari, S.Pd.
Guru SDN Bendungan
Grabag Purworejo