Hampir satu tahun, pembelajaran tatap muka digantikan dengan model daring (dalam jaringan). Untuk orang awam, mungkin banyak yang belum paham istilah daring. Istilah ini mulai populer sejak corona mewabah di Indonesia pada pertengahan bulan Maret. Yang orang tahu, ada peralihan model pembelajaran yang sedianya siswa harus datang ke sekolah setiap hari untuk belajar, sekarang digantikan perannya dengan sebuah HP (android). Pembelajaran yang biasanya berjalan dua arah secara langsung antara guru dengan siswa sekarang terbatasi oleh ruang dan waktu. Pembatasan ini tentunya mengandung banyak konsekuensi terkait dengan fasilitas yang harus dipenuhi oleh siswa. Paling tidak, siswa harus memiliki HP yang bisa mensupport berbagai platform yang digunakan oleh guru ataupun laptop dan tentu saja yang tak kalah pentingnya adalah kuota. Dengan terpenuhinya fasilitas tersebut, siswa cukup di rumah saja sudah dapat mengakses berbagai materi yang diberikan oleh guru.
Dikutip dalam www.ewafebri.com tanggal 19 Januari 2019 “Kulwap atau kuliah whatsapp didefinisikan sebagai metode belajar menggunakan perangkat digital melalui aplikasi grup whatsapp.” Materinya sendiri menyesuaikan mata pelajaran masing-masing. Istilah kulwap ini menjadi viral sejak diberlakukannya pembelajaran daring. Kulwap biasanya diadakan oleh komunitas, organisasi, ataupun instansi tertentu. Tidak menutup kemungkinan juga dalam dunia pendidikan. Tujuannya jelas, yaitu memberikan informasi atau pengetahuan bagi peserta kulwap. Sebenarnya dalam metode kulwap ini sama halnya ketika kita berkomunikasi lewat whatsapp, yang bersifat dua arah antara guru sebagai pemateri dan siswa sebagai penerima materi. Dalam kulwap ini antara guru dengan siswa tidak perlu mendownload aplikasi apapun, tidak seperti pemakaian platform pada umumnya yang harus memiliki akun, email, dan sebagainya.
Pengaplikasian kulwap untuk mata pelajaran bahasa Indonesia dinilai efektif di sekolah kami, khususnya kelas IX E, karena guru bisa langsung mengontrol peserta didik yang tidak aktif, menegur peserta didik yang belum mengumpulkan tugas, ataupun kegiatan pembelajaran daring lainnya. Misalnya dalam pembelajaran pidato persuasif. Empat keterampilan berbahasa yang dipelajari dalam materi ini terwadahi dalam kulwap. Keterampilan membaca dapat direalisasikan dalam bentuk PPT (powerpoint). Keterampilan mendengar/menyimak dapat direalisasikan dalam menyimak video dari youtube. Keterampilan berbicara terealiasi dalam bentuk penugasan membuat video, dan keterampilan menulis terealisasi dalam bentuk penugasan membuat teks pidato dalam bentuk word.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, kulwap dirasa cukup efektif sebagai model pembelajaran daring bahasa Indonesia. Pertimbangan lainnya adalah sebaran strata siswa yang tidak merata baik dari segi ekonomi, latar belakang orang tua, pendidikan, sosial, dan sebagainya turut andil dalam pemilihan metode ini. Banyak orang tua yang belum dapat memenuhi fasilitas yang harus ada dalam pembelajaran daring karena keterbatasan ekonomi. Kalaupun punya HP, bukan HP milik pribadi atau masih gabung dengan anggota keluarga lainnya. Belum lagi jika menggunakan platform dengan berbagai fiturnya yang tentu saja menghabiskan banyak kuota. Ditambah latar belakang orang tua yang belum sepenuhnya bisa mendampingi putra putrinya saat pembelajaran daring. Siswa benar-benar dituntut untuk belajar mandiri.
Untuk mengantisispasi agar memori tidak cepat penuh, biasanya untuk pengumpulan tugas dengan mengirimkan email ke Bapak/Ibu guru pengampu mata pelajaran. Begitu juga dengan presensi harian dengan memanfaatkan google form untuk menghindari bertumpuknya pesan. Jadi, whatsapp grup benar-benar dipakai untuk share materi pembelajaran. Rasanya tidak perlu muluk-muluk menggunakan berbagai platform agar dibilang kekinian. Melihat situasi dan kondisi siswa yang tidak bisa dipaksakan, guru harus berpikir untuk mencari jalan tengah yang terbaik. Karena pada intinya, tujuan pembelajaran adalah tersampaikannya materi kepada siswa dengan beragam metode.