JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG –– Duo rocker asal Kota Semarang bernama ” Balau ” yang digawangi oleh Putra Fuadillah pada Drum dan Suryanegara Hanata Kusuma dalam Guitar, kembali merilis musik video berjudul Pancamakara.
Diketahui lagu berjudul Pancamakara itu merupakan track nomor dua dalam album Balau berjudul “Bhairawa Tantra”, dimana album tersebut telah dirilis lada tahun 2021 lalu.
Putra Fuadilah menuturkan karya music video Pancamakara memang sengaja dipilih untuk menjadi karya penutup tahun 2023.
Bukan tanpa alasan, sambungnya, karena ia berharap kami music video tersebut bisa menjembatani para pendengar menuju album Balau selanjutnya.
“Album kami selanjutnya bisa dibilang breakdown/turunan dari Pancamakara ini. Album selanjutnya saat ini sedang proses penggodokan. Sembari menunggu kalian bisa menebak-nebak seperti apa album Balau selanjutnya dengan berbekal petunjuk mini album Bhairawa Tantra dan music video ini,” ungkap Putra di sebuah Cafe di Semarang, belum lama ini.
Disinggung mengenai sosok penari bernama Mentari Isnaini yang menjadi karakter utama dalam music video tersebut, Putra menyebut bahwa ia bertugas untuk menginterpretasikan lagu tersebut dalam bentuk seni tari.
Ditambah Dany Dwia yang bertugas untuk menangkap setiap detail gerakan Mentari dan kemudian diolah menjadi music video.
“Jadi, Pancamakara merupakan sebuah ritual yang berisi Ma-Lima. Ma-Lima tersebut ada Mada, Matsya, Mudra, Mamsa dan Maithuna. Balau hanya memberi sebuah draft kasar dan sudut pandang kami kepada Mentari Isnaini dan Dany Dwia, lalu kemudian mereka berdua yang dominan dalam pengolahan lebih lanjut. Tapi semuanya tetap saling berkomunikasi. Jadi bisa dibilang music video ini merupakan titik temu antara Balau, Mentari dan Dany,” terangnya.
Sementara, sang gitaris Suryanegara Hanata menambahkan selain Mentari Isnaini sebagai pemeran utama, dalam music video tersebut ada 5 co-talent yaitu Sutopo, Novelino Adam, Bening Nanang W. P., Victor Wibisono dan Ananda Zaidan S. A. Ditambah, crew yang membantu Dany Dwia ada Sharief Yulian Saputra dan Stephanus Kusdiyarto.
“Ya mereka semua berperan, untuk shooting kami menghabiskan waktu di lokasi kurang lebih selama 6 jam. Untuk kendala mungkin hanya dalam hal teknis saat pengeditan sehingga memakan waktu yang sedikit agak lama,” imbuhnya.
Berbekal sedikit wawasan seputar peradaban tanah Jawa di masa lampau, Balau mencoba menginterpretasikan hal tersebut dalam format musik instrumental yang mereka usung. (ucl)