JATENGPOS.CO.ID, MADINAH – Musim haji tahun 2023/1444 H bisa dibilang “musim haji lansia”. Hampir 70 persen jamaah tergolong lansia. Usia 80-100 taun sangat banyak. Bahkan ada yang 117 tahun. Sehingga banyak calon haji lansia yang tersesat.
Bejan Syahidan, wartawan Jateng Pos# dari Madinah melaporkan, banyaknya haji lansia itu akibat tiga tahun usia lansia tidak berangkat haji akibat covid.
Tahun 2022 lalu pasca covid, lansia yang boleh berangkat maksimal hanya 60 tahun saja. Maka ketika tahun 2023 peserta haji tidak dibatasi usia, lansia diatas 60 tahun lebih banyak yang berangkat. Mereka tidak dibatasi antrian. Asal sudah mendaftar minimal 5 tahun, boleh berangkat haji. Melampaui daftar tunggu jamaah muda yang seharusnya lebih dulu berangkat.
Karena itulah, tema haji tahun ini adalah “Haji Ramah Lansia”. Bahkan Kemenag atau panitia menyebar banyak stiker di hotel-hotel penginapan Madinah yang isinya “Utamakan Lansia, Amati dan Lindungi”.
Sehingga jamaah yang muda harus peduli. Mengawasi membantu dan melindungi para lansia. Faktanya memang banyak lansia yang tersesat. Pisah dengan rombonganya. Apa lagi, tahun ini jamaah lansia tidak harus didampingi keluarganya seperti sebelumnya. Akhirnya sesama jamaah wajib peduli. Jika tidak akan banyak lansia yang terlantar. Tidak tahu harus kembali ke hotel tempatnya menginap. Padahal jarak hotel dengan masjid Nabawi rata-rata 500 meter lebih.
Seperti yang dialami penulis sendiri, sejak masuk Madinah 26 Mei, sudah lima kali ketemu lansia terlantar. Umumnya mereka berjalan sendiri mondar-mandir mencari temanya. Ketika ditanya tidak tahu alamat dan nama hotelnya. Tidak tahu siapa karomnya (kepala rombonganya), tidak tahu karunya (kepala regunya), tidak tahu nomer teleponya juga.
Yang tampak hanya ID Card yang menempel di lehernya. Yang berisi nama dan asal embarkasinya. Juga gelang monel yang melingkar di lenganya. Yang berisi nama, no paspor, asal embarkasi, dan warna bendera. Tidak ada identintas menginap di hotel mana.
Sebenarnya setiap hotel menyiapkan kartu nama hotel untuk dibawa. Sehingga ketika tersesat bisa dilacak nama dan alamat hotelnya. Namun tidak banyak lansia yang membawanya. Mungkin karena kurangnya sosialisasi atau bahkan tidak diberi tahu sama sekali. Sehingga ketika tersesat sulit untuk dikenali.
Penulis pernah menemui, ada dua lansia wanita hampir tengah malam mondar-mandir di jalanan. Setelah penulis temui keduanya mangaku lupa jalan setelah isya. Rombongan dari Kendal itu juga tidak membawa HP. Tidak tahu nama hotelnya. Jika tahu, sebenarnya bisa dicari via google map. Sementara banyak hotel luar masjid Nabawi yang dipakai menginap hampir 230 ribu jamaah asal Indonesia itu.
Lalu ada lagi lansia 102 tahun yang tiga jam mondar-mandir di pelataran masjid Nabawi pagi hari. Bapak renta yang sudah bungkuk itu mengaku dari Madiun. Sudah kepayahan. Waktu keluar masjid habis subuh bersama teman satu kamarnya. Tegapi terpisah di halaman masjid saking banyaknya orang. Untung membawa kartu hotel. Sehingga ketahuan hotelnya lalu penulis antarkan pulang. Ada lagi jamaah dari Ponorogo. Hotelnya hanya disamping hotel tempat penulis menginap. Tapi hingga malam mondar-mandir kebingungan di depan pintu keluar masjid mencari hotelnya. Dia sudah tanya banyak orang tapi tidak ada yang tahu. Setelah mengaku dari Ponorogo, penulis ingat ada hotel dikasih spanduk bertuliskan Posko Ponorogo. Akhirnya kita antarkan ke situ.
Ada lagi kakek-kakek klesotan di lantai luar masjid. Sudah kepayahan juga. Ditanya tidak tahu jalan pulang. Tapi ingat nama hotelnya. Akhirnya kita titipkan jamaah yang nginap di hotel yang sama. Masih banyak lagi kejadian serupa yang ditemui jamaah lain.
Salah satu penyebab lansia sering tersesat, selain faktor usia, mereka umumnya kalau berjalan melihat ke bawah karena takut tersandung atau apa. Sehingga mudah lepas dari teman di depanya. Temanya arah urata dia bisa arah ke barat ngikuti orang di depanya. Padahal itu orang lain. Itu juga banyak terjadi pada lansia dari negara lain.
Sebenarnya, Kemenag sudah menyiapkan petugas haji setiap kloternya. Yang tugasnya membantu para lansia yang tersesat tadi. Tetapi jumlahnya terbatas. Juga sudah disiapkan aplikasi Haji Pintar yang berisi pencarian identitas jamaah dan nama hotel penginapanya. Tetapi sangat lemot jika diakses. Maka salah satu ikhtiarnya, setiap jamaah harus peduli jika melihat ada jamaah yang renta. Dekati. Tanya usia dan asal usulnya. Hafal hotel dan jalan pulang atau tidak. Jika tidak harus dibantu. (Laporan:
Bejan Syahidan, dari Madinah)