JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Perilaku masyarakat yang terbiasa dengan sedikit-sedikit memakai kendaraan bermotor perlu mendapatkan perhatian khusus. Pasalnya, mobilitas yang tinggi akan berdampak pada lingkungan.
Untuk itu, pemilihan bahan bakar kendaraan harus menjadi prioritas dalam mewujudkan keselarasan lingkungan. Penggunaan BBM Ramah lingkungan pun harus segera diwujudkan, mengingat banyaknya ancaman dari penggunaan BBM yang tidak ramah lingkungan.
“Mengganti bahan bakar kendaraan kita dengan BBM yang ramah lingkungan memang mengharuskan kita mengeluarkan biaya yang lebih besar. Tapi itu adalah investasi buat kita,” kata Haris, perwakilan komunitas mobil retro, Crown of Indonesia, di Semarang.
Untuk kendaraan Crown tahun 1990 yang dimilikinya, Haris saat ini sengaja memilih menggunakan Pertamax sebagai bahan bakarnya. Dengan RON yang lebih tinggi, maka memberikan pembakaran yang sempurna, sehingga membuat performa kendaraan menjadi maksimal.
“Ini sama saja investasi masa depan karena setelah pakai Pertamax, mesin kendaraan jadi lebih awet, jarang sekali bermasalah karena ruang mesin tetap terjaga bersih dari kerak. Dari sisi BBM juga irit, karena pembakaran lebih sempurna, sekaligus ramah lingkungan,” ujarnya.
Senada, Pengurus Paguyuban Biker Semarang, Miftakhul Faizan mengatakan, penggunaan Pertamax pada motor membantu performa mesin lebih responsif. Apalagi motor – motor keluaran baru dengan menggunakan teknologi injeksi.
“Pakai Pertamax itu tarikannya lebih responsif, apalagi untuk motor keluaran baru memang sudah disarankan pakai Pertamax. Dari segi biaya juga efisien,” ucapnya.
Teguh Dwi Hariyanto, Service & Part Manager Honda Kusuma Semarang menambahkan, penggunaan Pertamax akan memperpanjang umur penggunaan spare part. Dicontohkan, penggunaan BBM dengan oktan rendah akan mempengaruhi umur fuel tank atau pompa bensin pada mobil.
“Kalau BBM RON rendah kan masih ada timbal. Jadi filter fuel tanknya cepat kotor dan harus dikuras. Ini menyebabkan kerak di katalis knalpot, sehingga mesti ganti,” ucapnya.
Menurutnya, penggunaan Pertamax membuat biaya perawatan kendaraan akan lebih irit dibandingkan dengan kendaraan yang menggunakan BBM dengan oktan rendah. Belum lagi pembakaran yang dikeluarkan makin bersih, sehingga mengurangi pencemaran.
“Pengalaman, kalau kendaraan dengan menggunakan Pertamax, maka servisnya akan lebih cepat selesai karena mesin mobilnya mudah dibersihin dan tidak banyak masalah,” imbuhnya.
Faktor Lingkungan dan Kesehatan
Seperti diketahui, sektor transportasi memberikan sumbangan 5-10 persen terhadap pencemaran udara yang memicu perubahan iklim. Dengan demikian, penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan sangat penting, sesuai dengan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 20 Tahun 2017 tentang Penerapan Bahan Bakar Standar Euro 4.
Pakar Lingkungan Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. Ir. Syafrudin CES MT mengatakan, penggunaan BBM kita sekarang sudah cukup moderat. Namun memang tetap perlu didorong untuk penggunaan BBM ramah lingkungan, artinya BBM yang pembakarannya tidak menambah beban kualitas udara, seperti Pertamax Series dan Dex Series.
“BBM ramah lingkungan seperti Pertamax ini memiliki RON tinggi di atas 91, sehingga menghasilkan pembakaran yang baik, dengan tingkat karbon dan timbal yang rendah,” katanya.
Menurut Syafrudin, penggunaan Pertamax memang harus lebih digencarkan. Hal ini bukan saja merupakan kepentingan pemerintah, tapi juga untuk perbaikan iklim dan peningkatan indeks kesehatan masyarakat sendiri.
“Jika polusi semakin minim, maka iklim akan semakin baik, bumi menjadi makin baik, dan otomatis indeks kesehatan masyarakat juga semakin baik. Apalagi jika bicara efisiensi, berarti BBM dengan hasil pembakaran timbal rendah dan karbon yang rendah, itu yang harus digunakan,” ungkapnya.
Dilihat dari aspek kesehatan, penggunaan BBM ramah lingkungan akan membuat udara lebih bersih dan sehat. Pasalnya, kadar gas karbondioksida (CO2) akan jauh berkurang, sehingga kesehatan paru – paru akan tetap terjaga, karena udara yang masuk ke paru – paru merupakan udara bersih.
Direktur RSUD KRMT Wongsonegoro, dr Susi Herawati, M.Kes menuturkan, jika paru – paru terlalu banyak menyerap CO2 maka akan mempengaruhi kemampuan paru-paru dalam menyerap oksigen.
“Penggunaan BBM ramah lingkungan memang harus, karena kalau CO2 tinggi maka akan menyebabkan flek-flek di paru – paru dan kalau diukur dengan spirometer akan rendah,” tuturnya.
Menurut Susi, gangguan pada paru – paru akan bisa menyebabkan gangguan pula pada organ tubuh lainnya. Sehingga tubuh akan rentan dengan penyakit kronis.
“Selain tubuh mudah lelah, jika CO2 terlalu banyak terhirup kemudian masuk ke darah, maka akan mempengaruhi organ lainnya,” ungkap Susi.
Untuk itu, Susi pun mengimbau masyarakat untuk mulai membiasakan diri menggunakan BBM ramah lingkungan dalam menjaga lingkungan sehat. Apalagi, saat ini di tengah pandemi, sudah seharusnya masyarakat lebih peduli dalam menjaga kondisi kesehatan tubuh dan lingkungannya.
“Saya berharap masyarakat lebih sadar, karena sekarang sudah tersedia BBM yang lebih ramah lingkungan, yang harus digunakan untuk tubuh lebih sehat dan hidup lebih sehat,” tukasnya.
Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Resposibility (CSR) PT Pertamina Patra Niaga Jawa bagian Tengah Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), Brasto Galih Nugroho mengatakan, produk BBM ramah lingkungan seperti Pertamax Series dan Dex Series merupakan produk Pertamina yang sengaja di desain sebagai BBM ramah lingkungan. Produk tersebut merupakan implementasi dari Surat Keputusan Dirjen Migas No. 177K Tahun 2018 tanggal 6 Juni 2018 tentang Standar dan Mutu BBM yang dipasarkan di Dalam Negeri yang setara dengan Euro 4 dalam mewujudkan iklim dan bumi menjadi lebih baik.
Menurut Brasto, di Jateng dan DIY, kesadaran masyarakat dalam menggunakan BBM yang berkualitas dan ramah lingkungan tercatat terus meningkat. Kondisi tersebut terlihat dari konsumsi harian produk Pertamax Series dan Dex Series yang kini rata-rata naik antara 25-30 persen dibandingkan tahun lalu.
“Pada tahun 2020, rata-rata konsumsi harian Pertamax Series sebesar 2.485 KL/hari, dan di tahun 2021 sampai dengan Oktober, rata-rata konsumsi hariannya menjadi 3.164 KL/hari. Sedangkan untuk produk Dex Series di tahun 2020 rata-rata konsumsi harian 165 KL/hari, dan naik menjadi 200 KL/hari di tahun 2021,” tandasnya.
Sementara, di Jateng produk Pertamax Series tersedia di 353 SPBU dan Dex Series di 111 SPBU. Sedangkan di DIY, 58 SPBU sudah menyediakan Pertamax Series dan untuk Dex Series di 27 SPBU.
“Total untuk Jateng dan DIY ada 549 SPBU yang sudah menyediakan produk Pertamax Series dan Dex Series dari total 788 SPBU di kedua provinsi ini,” pungkasnya.(aln)