Belajar Kelola Sampah dari Taiwan

Fasilitas insinerasi sampah di Neihu, Taipei, Taiwan. Taiwan membangun pusat insinerasi sampah di kota-kota di seluruh Taiwan untuk mengolah berbagai jenis sampah agar bisa digunakan kembali. Fasilitas insinerasi sampah di Taiwan berhasil menekan angka sampah rumah tangga dan menjadikan sampah bernilai guna.

JATENGPOS.CO.ID, TAIPEI — Setelah puas mengelilingi Chiang Kai-shek Memorial Hall di Taipei, asisten grup kami Ledo Li mengajak kami mencicipi bubble milk tea yang terkenal itu.

Minuman kami tebus seharga 85 Dolar Taiwan atau sekitar Rp 42.000. Saat Jateng Pos menerima minuman itu, ternyata semua kemasan mulai dari gelas, sedotan dan perekat bagian atas gelas memakai kertas. Di Indonesia mungkin semua masih serba memakai plastik.

Semangat Taiwan untuk mengurangi penggunaan plastik memang patut diacungi jempol. Mereka sudah menerapkan pengurangan penggunaan plastik sampai ke level masyarakat dan industri.

Seperti asisten kami Ledo Li. Dia memiliki satu tumbler dari karet yang bisa dilipat hingga kecil dan mudah ia bawa kemana-mana. Jadi kalau dia mau beli minuman di kedai, dia tinggal menyodorkan tumbler miliknya.

Begitu juga saat Jateng Pos mencoba berbelanja di minimarket di Taipei. Jangan harap anda akan diberikan plastik sebagai wadah barang-barang belanjaan anda. Saat Jateng Pos membeli makanan yang harus dipanaskan, pelayan mengemasnya dengan kain rajut kecil sebagai pengganti plastik. Jika meminta menggunakan plastik maka kita akan dikenakan tarif 3 Dolar Taiwan (Rp 1500,-).

Hal ini sebenarnya sudah diinfokan oleh Wakil Direktur Atase Pers Taipei Economic and Trade Office (TETO) Indonesia Chia-Chi Kang saat briefing sebelum keberangkatan delegasi “2019 Taiwan Muslim Youth Exchange Program”. Kang mengatakan, di Taiwan akan sulit menemukan tempat sampah di tempat umum. Hal ini bertujuan untuk mengedukasi warga agar mengurangi penggunaan barang yang bisa menjadi sampah.

Dan benar saja, sangat sulit menemukan tempat sampah di Taipei. Warga Taiwan sudah diedukasi cukup lama untuk benar-benar memilah sampah berdasarkan kegunaan dan meminimalisir pembuangan sampah sejak dari rumah. Hasilnya, kota-kota di Taiwan memang bersih. Setidaknya itu yang terlihat di Taipei maupun Tainan.

Komitmen Taiwan untuk mewujudkan green energi memang sudah berjalan. Kami bahkan sempat diajak melihat Fasilitas Insinerasi Sampah Neihu di Taipei.

Wakil General Manager Fasilitas Insinerasi Sampah Neihu Hu Ku-Chin mengatakan, pengelolaan sampah di Taiwan sudah terpadu. Tidak ada satupun sampah di Taiwan yang tidak kembali digunakan untuk kebutuhan lain.

“Misalnya limbah air bekas rumah tangga. Air bekas itu dipanaskan dalam sebuah fasilitas pengolahan dan kemudian disalurkan menjadi air panas untuk kolam renang. Sementara residu dari air bekas itu dipadatkan untuk dijadikan bahan baku pembuatan batako hingga untuk mengaspal jalan,” ujar Hu.

Saat Jateng Pos mengunjungi fasilitas pengelolaan sampah itu memang terdapat kolam renang air panas yang ramai oleh pengunjung. Sampah bekas makanan pun dihabiskan oleh fasilitas pengolahan limbah. Sampah bekas makanan dan organik langsung dijadikan kompos sebagai pupuk tanaman.

Hu menyebut fasilitas pengolahan sampah di Taiwan juga menerima sampah-sampah besar. Kalau ada barang seperti kasur, lemari, kursi tidak terpakai cukup telepon dan siapkan barang-barang tersebut di luar rumah. “Setelah diambil, maka barang-barang tersebut akan direparasi dengan bentuk seperti barang baru. Akhirnya barang hasil reparasi tersbeut dijual dan menghasilkan keuntungan,” ungkap dia. (fid)