JATENGPOS.CO.ID, DORTMUND – Status timnas Inggris sebagai salah satu favorit juara Euro 2024 dibuktikan dengan pencapaian final untuk dua kali beruntun. Performa The Three Lions pada awalnya diragukan, tetapi dengan pergantian taktik 3-4-2-1 permainan mereka membaik.
Ujian melawan tim besar pertama di Euro 2024 juga dilalui Inggris dengan positif. Pasca menyingkirkan Slovakia dan Swiss di fase gugur, anak-anak asuh Gareth Southgate menang 2-1 atas Belanda di semifinal yang dimainkan di Signal Iduna Park, Kamis (11/07/2024) dini hari WIB.
Inggris menunjukkan karakter mereka setelah di dua laga sebelumnya bangkit pasca tertinggal. Situasi itu kembali terjadi kontra Belanda, sebab Inggris membalas gol cepat Xavi Simons (7′) melalui dua gol Harry Kane (18′ penalti) dan Ollie Watkins (90+1′).
Formasi 3-4-2-1 Inggris juga membatasi permainan Belanda yang hanya bisa menciptakan dua sepakan tepat sasaran, memiliki 41 persen penguasaan bola. Itu diakui oleh Ronald Koeman.
“Inggris menciptakan masalah di lini tengah kami pada babak pertama; kami tidak mengontrol cara mereka bermain di antara lini dengan (Jude) Bellingham dan (Phil) Foden. Kami menambahkan satu lagi di lini tengah setelah itu dan pertandingan menjadi lebih seimbang,” ucap Koeman di situs resmi UEFA.
“Saya kecewa dengan hasilnya. Pertandingan dimulai dengan sangat baik bagi kami dan kami mencetak gol. Setelah itu kami mengalami masalah di lini tengah, membiarkan pemain berbahaya seperti Bellingham dan Foden masuk ke dalam permainan.”
“Kami melakukan perubahan, mendapatkan kendali kembali, dan dalam 20 menit terakhir kami merasa akan terus maju. Tapi kemudian golnya – gol yang sangat bagus (dari Watkins) – tepat di akhir,” imbuh Koeman.
Statistik pasca laga pun berbicara, Inggris, di bawah arahan Gareth Southgate, memiliki catatan yang baik. Southgate jadi pelatih ketiga yang mencapai dua final Euro, setelah Helmut Schon (Jerman pada 1972 dan 1976) dan Berti Vogts (Jerman pada 1992 dan 1996).
Di bawah arahan Southgate juga Inggris saat ini mencapai final di dua dari empat turnamen besar. Inggris hanya melakukannya sekali dari 23 kesempatan di Piala Dunia atau Euro sebelumnya.
“Para pemain sudah berada di ruang ganti, tapi mereka langsung diam – tidak akan ada pesta liar. Ketika saya mengambil pekerjaan ini, saya sudah dua tahun menjadi pelatih Premier League: sekarang saya sudah memiliki 100 pertandingan internasional lebih dan saya telah belajar banyak,” terang Southgate.
“Setiap pengalaman yang Anda lalui, Anda belajar darinya. Final terakhir adalah final Euro pertama kami; kami tidak melakukan segalanya dengan benar, tapi kami akan berusaha menjadi lebih baik kali ini.”
“Itulah (juara Euro) tujuan kami datang. Ini adalah pertandingan yang sangat sulit; kami menghadapi tim terbaik di turnamen sejauh ini. Namun kami masih di sini – kami berjuang, dengan penampilan yang sangat bagus. Saya sangat senang untuk semua orang di rumah,” ujar Southgate.
Dengan kontraknya yang habis tahun ini, Federasi Sepak Bola Inggris (FA) berpeluang memperpanjang kontraknya hingga Piala Dunia 2026. Jadi, masih meragukan Gareth Southgate?
Southgate berharap dicintai para suporter setelah membawa Harry Kane dan kawan-kawan ke final Euro 2024. Southgate bangga bisa memberikan kebahagiaan bagi suporter The Three Lions.
Gareth Southgate adalah satu di antara pelatih dengan sentimen paling negatif pada Euro 2024. Bahkan, sebelum bola bergulir, Southgate sudah disudutkan terkait keputusannya dalam memilih pemain.
Laju Inggris yang limbung pada babak grup semakin membuat Southgate dihujani kritik. Apalagi, Inggris sempat nyaris tersingkir ketika menghadapi Slovakia. Meski demikian, Inggris tetap melenggang selangkah demi selangkah. Teranyar, The Three Lions menembus final setelah menumbangkan Belanda 2-1 pada semifinal.
Southgate berharap hasil itu bisa mengubah citranya di depan suporter. Juru taktik 53 tahun tersebut ingin lebih dicintai suporter Inggris.
“Kita semua ingin dicintai, bukan? Jadi, ketika melakukan sesuatu untuk negara dengan bangga, tetapi tidak merasakan respons yang serupa dan yang ada hanyalah kritik, itu berat,” ungkap Southgate menurut laporan Telegraph.
Southgate menegaskan, apa yang dilakukan anak asuhnya tidak terlepas dari upaya membahagiakan suporter. Oleh karena itu, ia semringah jika menjadi kenyataan.
“Bisa merayakan final kedua dan memberi suporter malam seperti ini jadi sangat berarti. Saya tidak akan ada di lapangan. Saya akan menonton dan merayakannya seperti mereka. Kami punya semangat yang sama dalam banyak hal. Memberi para suporter malam seperti ini sangatlah istimewa,” cetusnya.
Mencapai final Euro merupakan pengulangan prestasi bagi Gareth Southgate. Sebab, pada edisi sebelumnya Inggris juga melaju ke laga puncak. Sayangnya, ketika itu Inggris ditekuk Italia. (bls/riz)