JATENGPOS.CO.ID, Boyolali – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan BPBD Boyolali menggelar simulasi gladi lapangan penanganan dampak erupsi Gunung Merapi di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Rabu.
Kegiatan simulasi itu diawali dengan penerimaan informasi mengenai naiknya status Gunung Merapi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).
Setelah menerima informasi itu, petugas langsung menuju Dukuh Takeran dan Stabelan yang jaraknya sekitar 3,5 kilometer dari puncak gunung.
Sementara itu, warga yang mendengar peluit petugas keluar dari rumah ke titik kumpul dukuh masing-masing untuk kemudian menuju tempat pengungsian sementara di Desa Tlogolele, yang lokasinya lebih aman dari dampak letusan Merapi.
Di tempat pengungsian, tim kesehatan siaga melayani pengungsi dan petugas lain membuka dapur umum untuk para pengungsi.
Menurut Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Jawa Tengah Wahyu Dwi Fajar, kegiatan itu melibatkan 210 orang yang terdiri atas petugas dari Kecamatan Selo, Komando Rayon Militer, Kepolisian Sektor, Dinas Kesehatan, dan petugas sosial kecamatan.
“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam keadaan pra-bencana dan kesiapsiagaan, sehingga masyarakat yang masuk zona rawan bencana menjadi terlatih. Kami berharap dengan adanya latihan ini, masyarakat, apabila sewaktu-waktu terjadi bencana erupsi Gunung Merapi mampu menyelamatkan diri,” kata Wahyu.
“Kami jadi melaksanakan kegiatan ini sebagai tindak lanjut 2018, ada pemeriksaan BPK RI , dan diamanatkan pada 2019 Pemerintah Provinsi Jateng wajib melaksanakan gladi lapang penanggulangan bencana erupsi di tiga kabupaten, yakni Magelang, Klaten dan Boyolali,” ia menambahkan.
Ia menjelaskan, tahun 2017 pemerintah provinsi sudah memberikan bantuan kepada pemerintah ketiga kabupaten itu untuk menyusun rencana penanganan kontingensi bencana.
Penyusunan rencana penanganan kontingensi bencana itu sudah ditindaklanjuti dengan simulasi pada Maret di Klaten, pada Juli di Boyolali, dan Oktober mendatang di Magelang.
Wahyu mengatakan idealnya ada delapan hingga 11 klaster penanganan yang mesti diuji. Dalam pelaksanaannya, karena keterbatasan anggaran, simulasi hanya mencakup klaster tertentu.
“Kami di Klaten melakukan uji klaster kesehatan. Jadi semua stakeholder (pemangku kepentingan) yang ada di klaster kesehatan dilibatkan semua,” katanya.
Di Boyolali, ia melanjutkan, sesuai dengan hasil rapat koordinasi terakhir di Salatiga terkait penyusunan rencana operasi gladi lapangan, simulasi akan mencakup pengujian beberapa klaster termasuk evakuasi dan penyelamatan, dapur umum, serta kesehatan. (fid/ant)