Di tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi, manusia makin bersikap individualis. Mereka “gandrung teknologi”, banyak orang asyik dan terpesona dengan penemuan-penemuan /barang – barang baru dalam bidang iptek yang serba canggih, dengan kebebasan yang diberikan oarang tua kepada anak – anak yang memberikan kesempatan utuk bermain gudged membuat mereka semakin larut dengan permainan ,sehingg banyak anak – anak yang menurun prestasinya karena mereka terbuai dengan hal tersebut, Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.
Oleh karena itu budaya literasi pada peserta didik perlu ditinggatkan karena kegiatan literasi menjadi kebutuhan saat ini yang akan terus tumbuh dan berkembang. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan,bahasa dan budaya ( UNESCO,2003). Tuntutan zaman dan peradaban manusia ke depan sangatlah kompleks, dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Saat ini masih banyak literasi sebagai kekayaan bangsa Indonesia yang seakan diabaikan.Budaya membaca dan menulis di masyarakat kita masih rendah.Hal ini juga terjadi di SD N Hargorojo sebagian besar peserta didik kami sangat miskin kosatakata perbendaharaan kata mereka sangat minim ketika diberi tugas pelajaran Bahasa Indonesia untuk membuat sebuah paragraf atau menceritakan sesuatu mereka tidak bisa menulis mengenbangkan ide – ide kreatif mereka seakan beku, tidak bisa mengalir karena kurangnya pengalaman dalam membaca.
Melihat kondisi tersebut kami para guru sangat prihatin dan berupaya untuk menggalakkan Gerakan Literasi Sekolah( GLS ) pada sekolahan kami yaitu kegiatan membaca tujuh menit sebelum pembelajaran dimulai, kegiatan tersebut bisa dilakukan di perpustakaan,kelas dan halaman sekolah. Kegiata GLS ini tidak hanya dilakukana oleh para peserta didik saja namun para guru dan tenaga kepndidikan juga ikut melakukan kegiatan tersebut sebagi contoh dan menjadi sumbu penyala keberhasilan literasi sekolah. Karena sikap ilmiah bisa dibangun dari sikap keteladanan dalam berliterasi.Selain itu tujuan secara umum adalah menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.Artinya terobosan GLS ini ingin memberikan efek yang positif terhadap tingkah laku seluruh warga di sekolah.
Terbukti sekolahan kami pada tahun terakhir ini menjunjukkan prestasi yang dibilang cuckup membanggakan dalam bidang literasi, pasalnya belum lama ini baru saja digelar pehelatan perlombaan “Festival dan Lomba Literasi Nasional Siswa Sekolah Dasar Tahun 2019” di tingkat kecamatan sekolah kami berhasil menunjukkan prestasinya dalam hampir dalam setiap cabang perlombaan, sekolah kami mendapatkan kejuaraan umum, yaitu juara satu cipta pantun,juara satu cipta syair, juara dua mendongeng,juara tiga cipta cerpen, juara harapan tiga baca puisi. Hal ini sangatlah menjadikan kebanggan dan menjadikan cambuk bagi kami untuk terus mengemangkan kemampuan berliterasi yang lebih baik baik lagi pada pesrta didik.
GLS yang digalakkan pada sekolah kami membawa hasil yang baik dan positif, anak – anak bisa menggembangkan kreatifitas mereka dalam bidang akademik dan membawa perubahan yang signifikan yang insya alloh apabila hal ini terus dikembangkan keberhasilan peserta didik akan mudah di raih.
Retno Wahyuningrum,S.Pd.SD
Guru SDN Hargorojo, Bagelen, Purworejo