Budaya Pilah Sampah Wujudkan “ Zero Waste Lifestyle ”

Sekolah merupakan salah satu institusi / tempat untuk pembentukan karakter  peserta didik. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Warga sekolah SD Negeri 2 Wonosari  telah melakukan berbagai upaya untuk membentuk karakter peserta didik yang sesuai dengan filosofi pelajar pancasila. Salah satu bentuk kegiatannya yaitu  Budaya Pilah Sampah.

Pemilahan sampah yang benar sangat mempengaruhi kualitas lingkungan. Lingkungan yang bersih dan asri sangat ditentukan dari kemampuan pemilahan dan pengelolaan sampah oleh warga sekolah. Partisipasi warga sekolah sangat berperan penting dalam konsep pengelolaan sampah yang benar. Pemilahan dan pengelolaan sampah yang benar oleh sekolah  sebagai indikator terbentuknya suatu budaya positif disekolah. Kegiatan ini diawali dengan memberikan pengetahuan kepada seluruh warga sekolah  tentang pemahaman kesadaran dan kepedulian untuk turut berperan dalam menjaga kelestarian alam, serta pengetahuan tentang  membedakan jenis-jenis sampah .

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang, merupakan hasil aktivitas manusia ataupun alam yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah diambil unsur atau fungsi utamanya. Ketika warga sekolah baik siswa, guru maupun tenaga kependidikan lain sedang beraktivitas dan menghasilkan sampah atau menjumpai sampah, maka secara kesadaran dari  dalam diri untuk memilah  sampah dan memasukkan  sampah kedalam tempat sampah yang telah disediakan pihak sekolah yang terdiri dari tempat sampah organik,  an organik dan  tempat sampah  berbahaya.

Tempat sampah ini tersedia di depan ruang kelas, guru, kepala sekolah, perpustakaan, laboratorium,  mushola  dan  ditempat umum sekitar SD  N  2  Wonosari. Kemudian pada jam istirahat atau setelah pulang sekolah sampah yang telah dipilah, petugas piket  membawa sampah  kepada bank sampah, Sampah yang memungkinkan untuk diolah, akan dimanfaatkan untuk diolah  menjadi barang yang bernilai guna. Contohnya, peserta didik  membuat  kreativitas  pot bunga unik yang terbuat dari  kaleng bekas.  Peserta didik  mengolah sampah dari   kulit  buah menjadi  pupuk organik cair.  Peserta didik membuat kompos dari dedaunan yang  ada  dilingkungan sekolah. Sedangkan sampah an organik jenis botol dan gelas minuman yang tidak diolah dijual ke pengepul sampah.

Kegiatan ini merupakan kegiatan rutinitas  berkelanjutan, yang diharapkan menjadi karakter dari seluruh warga sekolah sebagai salah perilaku gaya hidup berkelanjutan yang mewujudkan area sekolah bebas sampah. Area sekolah bebas sampah dikenal dengan istilah “Zero Waste Lifestyle” .

Zero Waste Lifestyle  adalah sebuah gaya hidup untuk meminimalisasi produksi sampah yang dihasilkan dari masing-masing individu yang akan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan. Dalam bahasa Indonesia, gaya hidup  zero waste  berarti nol sampah. Meski tidak sepenuhnya bebas sampah,  zero waste life style mampu meminimalkan jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari. Upaya yang dapat dilakukan sekolah berupa; 1) Mengurangi  penggunaan kantong  plastik,  2) Mendaur ulang sampah, 3) memisahkan sampah, 4) Kurangi penggunaan  kertas, 5) Membawa bekal sendiri, 6) Mengolah sampah organik,  7) Mengganti  camilan  dengan  jajan  yang  sehat,

Bumi akan rusak apabila terpapar limbah terus menerus. Sudah saatnya beralih ke gaya hidup salah satunya dengan “Zero Waste Life Style” yang ternyata tak sesulit yang dibayangkan. Mari sayangi bumi,  demi kehidupan yang lebih baik.

 

Oleh : Minarni, S.Pd. SD

Kepala  SD  N 2  Wirosari  Kec. Patean  Kab.  Kendal