JATENGPOS.CO.ID, Banyumas – Bulog Subdivisi Regional Banyumas, Jawa Tengah, mulai menyerap gabah dan beras kualitas medium sebagai tugas “public service obligation” (PSO) untuk menjaga stabilitas harga komoditas tersebut di tingkat produsen atau petani.
“Hari ini Bulog Banyumas untuk pertama kali (pada musim panen pertama tahun 2018-2019) memasukkan melalui PSO, baik untuk gabah maupun beras dengan harga sesuai Inpres Nomor 5 Tahun 2015 plus 10 persen,” kata Kepala Bulog Divisi Regional Yogyakarta Rini Andrida didampingi Kepala Bulog Subdivre Banyumas Sony Supriyadi di Kompleks Pergudangan Klahang, Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Senin sore.
Ia mengatakan pihaknya siap menyerap gabah dan beras PSO sebanyak-banyaknya asalkan memenuhi ketentuan yang diatur dalam Inpres Nomor Tahun 2018.
Selain di Bulog Subdivre Banyumas, kata dia, penyerapan gabah dan beras PSO juga dilakukan di Bulog Subdivre Kedu maupun Yogyakarta.
“Hingga hari ini beras PSO yang sudah masuk di wilayah Bulog Divre Yogyakarta sekitar 58 ton,” jelasnya.
Lebih lanjut, Rini mengatakan pihaknya tetap menyerap beras PSO maupun komersial karena beras PSO ditujukan untuk memupuk cadangan pangan nasional khususnya di seputaran wilayah Yogyakarta, sedangkan beras komersial digunakan untuk perdagangan di pasaran.
“Penyerapan beras komersial di wilayah Bulog Divre Yogyakarta kurang lebih sudah 1.300 ton,” kata dia menambahkan.
Terkait dengan kualitas gabah hasil panen petani, dia mengatakan berdasarkan pantauan pada beberapa minggu terakhir, tanaman padi siap panen sebenarnya terlihat bagus.
Akan tetapi ketika pihaknya turun ke lapangan, ternyata banyak tanaman padi yang roboh akibat hujan dan angin kencang sehingga berdampak terhadap kualitas gabah.
Dengan demikian, harga gabah yang tanaman padinya roboh itu menjadi anjlok karena tidak sesuai dengan kualitas atau standar minimal yang ditentukan dalam Inpres Nomor 5 Tahun 2015.
Disinggung mengenai stok beras PSO yang masih tersimpan di seluruh gudang Bulog Divre Yogyakarta, Rini mengatakan hingga saat ini masih sebanyak 25.000 ton yang tersebar di wilayah Banyumas, Kedu, dan Yogyakarta.
“Oleh karena sudah tidak ada penyaluran rastra, beras PSO tersebut digunakan untuk kegiatan KPSH (Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga) yang dulu namanya OP (Operasi Pasar),” katanya.
Sementara itu, Kepala Bulog Subdivre Banyumas Sony Supriyadi mengatakan hingga hari Senin (1/4), pihaknya sudah menerima kontrak dari mitra kerja sebanyak 10 ton gabah dan 10 ton beras PSO.
“Hari ini sudah mulai masuk secara bertahap. Jika sudah terpenuhi semua, mitra kerja tersebut bisa mengajukan kontrak lagi,” katanya.
Terkait dengan stok beras PSO yang tersimpan di gudang Bulog Banyumas, dia mengatakan hingga saat ini masih sebanyak 11.100 ton.
Dia mengakui penjualan beras PSO melalui kegiatan KPSH mulai melambat karena wilayah Banyumas sedang memasuki masa panen raya. (udi/fid)