Pahala menambahkan terkait migrasi sistem teknologi informasi, bahwa penyesuain terjadi sebelum penutupan Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Pihaknya sudah melakukan mitigasi selama periode kurang lebih 18 hari juga menjalankan operasi dengan dua sistem secara paralel.
“Tetapi memang yang tidak bisa kita prediksikan penutupan bandara, sehingga ada perubahan jadwal yang siginifikan dan mempengaruhi kinerja sistem percepatan maka pada tanggal 1 ada penurunan dan kendala oprasional penugasa kru tersebut,” paparnya.
Untuk itu, ke depannya, Pahala mengatakan akan lebih mengedepankan sistem kontigensi, yakni komunikasi dan koordinasi dengan cepat terkait pengambilan keputusan baik itu penjadwalan ulang atau pembatalan penerbangan, memastikan data penumpang akurat dan meningkatkan kualitas kinerja.
“Sehingga kecepatan kita perbaiki, bersamaan kita memastikan data dalam sistem sesuai keadaan sebenanrya, dan manual kita rekonfirmasi terhadap data data yang ada,” ucapnya.
Pahala mengaku kerugian yang dialami akibat pembatalan penerbangan tersebut tidak signifikan.
Dalam sehari, dia menyebutkan, pergerakan penerbangan Garuda mencapai 620 penerbangan dan akibat kejadian tersebut sekitar 160 penerbangan mengalami pembatalan dalam waktu empat hari tersebut.
Pahala mengklaim ketepatan waktu penerbangan (on time performance) saat ini sudah kembali normal, yaitu mencapai 97 persen. Pihaknya sudah mengecek dan melihat sudah ada pencapaian yang lebih. Ia berharap komitmen ini dapat terus terjaga. (ant/muz)