JATENGPOS.CO.ID, JAKARTA – Kesejahteraan petani terus menjadi perhatian Kementerian Pertanian (Kementan). Selain mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan, juga terus dilakukan perbaikan infrastruktur dan penyediaan sarana usaha tani melalui mekanisasi pertanian.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Dadih Permana memproyeksikan, dampak dari modernisasi pertanian akan dirasakan dalam kurun beberapa tahun ke depan. Modernisasi pertanian juga akan menjadi solusi regenerasi petani.
“Investasi dalam pembangunan infrastruktur dan modernisasi pertanian akan memiliki dampak multiflier dalam 5 sampai dengan 10 tahun ke depan. Modernisasi pertanian juga akan menjadi magnit bagi pemuda untuk menggeluti pertanian,” ujar Dadih Permana, Rabu (23/1).
Dia menjelaskan, untuk program pengembangan prasarana dan sarana pertanian, hingga tahun 2018, Kementan telah merehabilitasi jaringan irigasi tersier dalam rangka mengoptimalkan irigasi pada lahan seluas 3,47 juta hektar, dengan capaian terbesar pada 2015 seluas 2,45 juta hektar.
Potensi penghematan akibat mekanisasi pertanian mencapai Rp 24,5 triliun. Dalam usaha tersebut, Kementan telah menyalurkan bantuan alsintan sebanyak 415.051
unit dalam 4 tahun terakhir. Alsintan meliputi Rice Transplanter, Combine Harvester, Dryer, Power Thresher, Corn Sheller dan Rice Milling Unit (RMU), traktor dan pompa air.
“Modernisasi pertanian melalui mekanisasi merupakan solusi efisien menggantikan pola usaha tani manual. Mekanisasi juga sebagai solusi mengatasi berkurangnya tenaga kerja pertanian karena bermigrasi ke sektor industri dan jasa,” tambahnya.
Dadih menambahkan, mekanisasi pertanian juga dapat menghemat biaya produksi hingga 30% dan menurunkan susut panen 10%. Selain itu, mekanisasi menghemat biaya olah tanah, biaya tanam dan panen dari pola manual Rp 7,3 juta per hektar menjadi Rp 5,1 juta per hektar.
“Pada umumnya mengolah tanah secara manual memerlukan 20 orang hari kerja/ha dan biaya Rp 2,5 juta per hektar, jika menggunakan traktor, satu orang mampu menyelesaikan 3 hektar per hari dengan biaya Rp 1,8 juta per hektar,” tuturnya.
Lebih detil Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ditjen PSP Kementan, Andi Alam Syah memaparkan, mekanisasi menggunakan rice transplanter menghemat tenaga dari pola manual 19 orang per hektar, menjadi 7 orang per hektar. Biaya tanam menurun dari Rp 1,72 juta per hektar menjadi Rp 1,1 juta per hektar.
“Ada juga menyiang rumput (power weeder) menghemat tenaga kerja dari pola manual 15 orang per hektar menjadi 2 orang per hektar. Dan biaya menyiang turun dari Rp 1,2 juta per hektar menjadi Rp 510 ribu per hektar,” sebutnya.
Sementara, combine harvester bisa menghemat tenaga kerja dari pola manual 40 orang per hektar menjadi 7 orang perhektar. Biaya panen dapat ditekan dari Rp 2,8 juta menjadi Rp 2,2 juta per hektat. Ini juga bisa menekan kehilangan hasil (losses) dari 10,2% menjadi 2%.
“Apabila dihitung secara nasional, dengan mekanisasi pertanian, mampu menghemat biaya yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp 24,5 triliun,” jelas Andi Alam Syah.(udi)