
JATENGPOS.CO.ID, MAKKAH – Fenomena lain yang tak kalah unik pada musin haji di tanah suci adalah menjamurnya penjual makanan dan oleh-oleh dadakan di depan hotel.
Hampir di semua depan hotel tempat para jamaah haji Indonesia atau negara lain menginap, setiap pagi dan sore hingga malam akan banyak pedagang dadakan. Mereka menjual makanan khas Indonesia dan oleh-oleh haji. Sehingga saban pagi dan sore tampak ramai seperti pasar.
Bagi jamaah haji Indonesia, hadirnya para pedagang dadakan itu sangat ditunggu-tunggu. Terutama penjual makanan dan sayuran matang. Sebab selama makan jatah konsumsi dari katering Kemenag yang dimasak di Arab Saudi, menunya itu-itu saja. Selain itu lauknya masih khas Arab. Hambar. Tidak ada asin, manis, dan pedasnya. Bagi lidah nusantara kurang nendang.
Maka ketika ada yang jualan makanan dan sayuran matang khas Indonesia, langsung pada menyerbu. Ada lauk ikan asin, ayam goreng, sayur bayam, sayur kangkung, sayur telor bali, dll. Ada gorengan bakwan, onde-onde, bahkan bakso sekalipun. Ada nasi rames, nasi kuning, kerupuk uli hingga telor rebus.
Setiap pagi dan sore hingga malam menu-menu tersebut cepat ludes diborong jamaah haji. Umumnya dibungkus untuk lauk makan jatah ransum yang lauknya hambar tadi.
Apa lagi, yang jualan nasi dan lauk-lauk tersebut adalah orang Indonesia. Sehingga menu dan rasanya cocok lidah jamaah. Para penjual umumnya mukimin dan TKW yang memanfaatkan peluang jualan di musim haji. Ada orang Gunungpati Semarang, Demak, Kendal, Jawa Barat, Madura, hingga orang Lombok. Para mukimin biasanya masak sendiri karena mereka punya tempat tinggal atao kos. Kalau penjual TKW biasanya tinggal menjualkan karena sudah ada bos yang masak. Biasanya yang masak orang Lombok atau Banten yang sudah lama bisnis makanan di Arab Saudi.
Untuk belipun bisa menggunakan real atau uang rupiah. Tetapi memang cukup mahal. Seperti sayur bayam misalnya per bungkus kecil 3 real (Rp 12 ribu). Untuk gorengan per biji 2 real (Rp 8 ribu). Nasi rames satu box lauk telor dadar atau ayam 15 real (Rp 60 ribu). Bakso satu cup dua pentol 7 real (Rp 28 ribu). Untuk bahan jualan, mereka tidak harus impor dari tanah air. Karena di ninimarket lokal banyak dijual sayuran seperti kentang, kubis, mentimun, telor dll.
Meski mahal secara rupiah, penjual di hotel-hotel ini tergolong murah. Tapi kalau bakul masakan Indonesia di samping Zam-Zam Tower depan masjidil Haram lebih mahal lagi. Per box nasi rames atau kuning lauk ayam bisa 20-25 real (Rp 100 ribuan). Boxnya lebih besar.
Karena penjual dadakan setahun sekali, mereka jualan nomaden. Cuma membawa gendongan sama panci tanpa meja dan kursi. Dagangan digelar di tanah. Mereka juga keliling ke hotel-hotel jamaah Indonesia di tempat lain. Selain orang Indonesia, ada juga orang Banglades yang jualan masakan nusantara.
Selain makanan dan sayuran, hotel-hotel juga diserbu penjual oleh-oleh haji. Mulai baju muslim, pasmina, surban, kopiah, tasbih, jilbab, jam tangan, hingga cincin akik. Karena harganya lebih murah dari dagangan toko, para jamaah juga memborong di lapak-lapak ini. Biasanya digunakan untuk oleh-oleh tetangga. Umumnya produk-produk KW dari Cina. Kalau yang di toko biasanya produk lokal Arab, Pakistan, India, dll. Lebih bagus asli dan berkualitas. Kalau di lapak harga surban 5-10 real, di toko bisa 50-100 real. Penjualnya rata-rata pria/wanita kulit hitam dari Afrika dan orang Banglades.
Hanya saja, para penjual dadakan ini, semuanya seperti kucing-kucingan dengan polisi atau semacam Satpol PP. Sambil menggelar dagangan, metanya celingak celinguk waspada. Begitu ada yang bilang polisi, semuanya langsung kabur membawa dagangan masing-masing. Setelah beberapa saat reda, lalu buka lapak lagi. Begitu seterusnya. Kadang pembeli baru menawar, tiba-tiba lapaknya digulung dan kabur.
Polisi menertibkan mereka karena umumnya penjual kulit hitam orang-orang ilegal. Tidak punya permit (ijin tinggal). Kalau sampai tertangkap bisa dihukum dan dideportasi. Tapi kalau penjual Indonesia rata-rata mukimin resmi. Tiap tahun membayar permit hingga 15 ribu real (Rp 60 juta). Pasar kelas bawah model dadakan ini di Arab Saudi dikuasai orang-orang kulit hitam. Barangnya murah-murah. Semuanya produk Cina yang diambil dari pelabuhan. (*)