JATENGPOS.CO.ID, KARANGANYAR – Desa Berjo, Ngargoyoso dicanangkan menjadi Desa Ekowisata dan akan dibangun tempat pengolahan sampah melibatkan sejumlah akademisi kampus ternama seperti, UNS, UNDIP Semarang, STIE Widya Gama Lumajang, dan UNSA.
Tak hanya persoalan sampah yang akan diolah, pasalnya aliran air di desa Berjo juga akan dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dan warga sekitar dilatih menjadi entrepreneur.
Kaprodi Program Doktoral Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS, Prof. DR. Rahmawati, M.SI, AK, C.A menjelaskan, kegiatan di Desa Berjo ini sudah kali ke 6, sejak dua tahun lalu ia melakukan survey, akhirnya menetapkan Desa Berjo ini dicanangkan jadi desa ekowisata berkelanjutan dan entrepreneurship, sebab di Desa Berjo ada banyak UMKM, di sekitar wisata air terjun Jumog saja ada sekitar 100 lebih pedagang.
“Kegiatan ini didanai Matching Fund Dikti 2021, tujuannya untuk optimalisasi BUMDES. Bagaimana BUMDES bisa memperoleh pendapatan dari usaha yang disesuaikan dengan kondisi di desa Berjo, lokasi wisata itu banyak sampah, jadi sampah organik diolah jadi kompos untuk pupuk pertanian dan aliran air dibuat tenaga listrik konsumsi untuk BUMDES dulu, sejumlah warga juga sudah diajari bikin perhiasan, mengolah sampah rumah tangga, memilah sampah organik dan anorganik,” jelasnya pada wartawan, kemarin (21/9).
DR. Samsi dari UNSA menambahkan, persoalan di sini adalah proses pengolahan sampah yang tak tertata, kemudian program ini mendapatkan respon yang baik dari kepala Desa Berjo dan Bupati Karanganyar, Juliyatmono yang akan membantu pembangunan gedung dan angkutan sampah.
“Di sini akan dikembangkan proses pengolahan sampah, jadi pupuk organik untuk petani sekitar, dan ke depan pusat pengolahan sampah bisa jadi pusat edukasi,” imbuhnya.
Kepala Desa Berjo, Suyatno meyakini, pembangunan pengolahan sampah yang didampingi UNS dan UNSA serta kampus lainnya ini akan berdampak signifikan. Ia mengakui sampah di tempat wisata jadi persoalan tersendiri. Ia bertekad ingin mengubah sampah yang jadi momok dan masalah itu bisa diolah menjadi emas.
Sementara, Dalang kondang Ki Warseno Slank yang saat ini menjadi mahasiswa Prof. Rahmawati turut melakukan pendampingan sebagai wujud peduli lingkungan dan juga ingin mengubah sampah yang jadi masalah itu bermanfaat untuk banyak orang.
“Ini wujud pengabdian pada alam, peduli lingkungan dan manfaat untuk banyak orang,” tandasnya. (yas/bis/rit)