
JATENGPOS.CO.ID, JAKARTA- Pengacara Dini Purwono SH MML menjadi salah satu dari 15 bakal Calon Legislatif (Caleg) yang diwawancarai juri independen di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Jakarta, belum lama ini.
Menjalani interview dengan dua juri dan satu pengurus DPP PSI yakni, Zainal Arifin Mochtar dosen Hukum Tata Negara dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga penggiat antikorupsi lewat lembaga Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM dan mantan hakim Asep Iwan Iriawan, menjadi uji kompetensi internal Dini Purwono untuk berkecimpung dalam dunia politik melalui Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Mengawali proses penilaian juri, Dini memaparkan programnya dalam kapasitas sebagai bakal caleg DPR-RI dari PSI. Berlangsung setengah jam, Dini membahas soal berbagai persoalan hukum dan penanganannya. Ia berpendapat perlunya reformasi di lembaga peradilan Indonesia.
Salah satu poin penting yang dibahas Dini adalah soal pemberantasan korupsi. Ia menyatakan mendukung upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebab, ini adalah salah satu perubahan yang sudah mulai berjalan.
Saat Dini memaparkan pentingnya KPK, tiba-tiba mantan hakim Asep Iwan Iriawan mengajukan pertanyaan.
“Bagaimana sikap Anda, seandainya partai mendukung hak angket memperlemah KPK. Misalnya, partai memerintah Anda untuk mendukung hak angket, bagaimana sikap Anda?,”
Dini menjawab menolak permintaan yang bertentangan dengan kepentingan rakyat. Jika partai memaksa?
“Saya keluar dari partai,” jawabnya tegas. Dini mengatakan kepentingan rakyat adalah yang paling utama.
Jawaban Dini langsung mendapat apresiasi dari Asep Iwan Iriawan. Dini memang salah satu caleg PSI yang dinilai paling mumpuni. Ia seorang berpendidikan dari kampus ternama di dunia yang didukung pengalaman. Selama 20 tahun menjadi praktisi hukum, selain itu pernah menjadi staf khusus Menteri Keuangan di masa Dr Chatib Basri.
Dini berharap, dengan uji kompetensi internal ini, bisa meningkatkan wawasan dan pengalamanya dalam karir dan komitmenya untuk menjadi seorang abdi negara yang bersih dalam segala hal melalui partai yang tengah menajadi wadah politiknya tersebut.
“Kalau ilmu saja tidak cukup untuk kita bisa menjadi seorang panutan dalam dunia politik, mestinya kita harus lebih luas wawasannya dari semua bidang agar komitmen yang terbangun bisa menjadi prestasi yang baik untuk rakyat dan negara,” ujarnya. (ucl/mg8/muz)