JATENGPOS.CO.ID, YOGYAKARTA – Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mengembangkan sektor pertanian. Berbagai langkah ditempuh untuk menjadikan pertanian sebagai sektor unggulan. Salah satunya dengan Project Flood Management in Selected River Basin Sector Project (FMSRB) dengan mekanisme On-Granting ke daerah.
Dalam mendukung program tersebut, Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhy mengadakan Pertemuan Koordinasi Kegiatan On-Granting Tahun Anggaran 2019 dan Proses Reimbursement Project Flood Management In Selected River Basin (FMSRB) di The Rich Hotel Yogyakarta 22-24 April 2019.
“Saya merespon terhadap kegiatan ini judulnya menarik, Project Flood Management In Selected River Basin artinya bagaimana kita memanfaatkan aliran sungai ini untuk bisa dimanfaatkan dalam rangka mensejahterakan petani untuk melakukan budidaya, baik itu tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan,” kata Sarwo Edhy, Rabu (24/4).
Sarwo Edhy mengatakan, program ini memiliki beberapa kegiatan. Pertama, berkaitan dengan konservasi lahan melalui penanaman pohon dan pembuatan terasering sesuai dengan konservasi lahan. Kemudian ada juga konservasi air melalui embung.
“Jadi embung ini, baik embung maupun parit ini merupakan bank air artinya bisa untuk menampung air dan dapat digunakan untuk mengairi komoditas pertanian di musim kemarau,” jelasnya.
Sehingga, lanjutnya, para petani tidak hanya bisa melakukan budidaya pada musim hujan, tetapi bisa melanjutkan budidaya pada musim kemarau.
“Yang biasa panen sekali bisa menjadi dua kali, yang biasanya dua kali menjadi tiga kali dengan memanfaatkan air yang ditampung di dalam embung,” kata Sarwo Edhy.
Kemudian yang ketiga ini ada pelatihan dan pendampingan petani. Ini sangat penting untuk menjadikan petani itu lebih pintar, lebih terampil dalam melakukan budidaya. Lanjut Sarwo Edhy, saat ini sektor pertanian di Indonesia menuju pertanian modern.
“Yakni menuju ke mekanisasi, kalau dulu panen padi itu bisa 2 sampai 3 minggu baru selesai menjadi gabah, sekarang dalam waktu 3 jam dalam 1 hektar sudah bisa menjadi gabah dengan mekanisasi pertanian menggunakan combine harvester,” terangnya.
Sarwo Edhy menambahkan, dengan adanya kegiatan ini tentunya para petani sangat senang sekali, karena mereka difasilitasi. Fasilitasi berkaitan dengan airnya, dengan irigasinya dengan teraseringnya sehingga para petani sangat senang dan hasilnya positif.
“Yang sudah berjalan untuk program ini ada tiga kabupaten, yakni Serang, Pandeglang dan Lebak. Kedepannya kalau program ini berlanjut, akan diterapkan juga untuk provinsi lainnya. Semoga tahun depan bisa juga berjalan di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah sesuai dengan kesepakatan bersama. Karena sifatnya on granting harus ada penyiapan dana dari APBD, ada Bupati yang merespon dan ada Bupati yang masih ragu terhadap program ini,” tutur Sarwo Edhy.
Project Manager Unit (PMU) FMSRB, Diana Nur Fatimah mengatakan, kegiatan koordinasi On-Granting 2019 ini bertujuan mesinkronkan kegiatan di daerah. On Granting itu adalah kegiatan yang intinya, pemerintah daerah menalangi dulu.
“Jadi kita minta pemerintah itu menyediakan anggaran di masing-masing APBD sesuai dengan Naskah Perjanjian Hibah Daerah. Daerah menyediakan dana dulu kemudian dirembes ke pemerintah pusat, nanti dari Kemenkeu akan mengembalikan dananya, jadi nanti berputar seperti itu,” kata Diana.
Program On Granting ini sudah mulai berjalan dari tahun 2018. Dan pihaknya menargetkan setiap 4 bulan sekali harus dirembes. Sistem rembes itu dari masing-masing Dinas dan BKAD ada berbagai dokumen, setelah memenuhi persyaratan dikirimkan kepada pemerintah pusat.(rif)