DPRD Jateng Dorong Penerapan Ekonomi Hijau


JATENGPOS.CO.ID, PEKALONGAN
– Konsep ekonomi hijau dan berkelanjutan harus menjadi komitmen bersama. Hal ini dilakukan agar lingkungan hidup selalu terjaga. Konsep ekonomi hijau ini sangat pas diterapkan mengingatkan saat ini pertumbuhan kawasan industri di Pantura Jateng semakin meningkat.

“Kita harus menerapkan konsep ekonomi hijau yang berkelanjutan di Jawa Tengah, khususnya kawasan Pantura yang saat ini dipenuhi dengan sejumlah kawasan industri,” ujar Wakil Ketua DPRD Jateng, H Sukirman, SS saat ditemui usai kegiatan bersama warga Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

Sukirman mengatakan perlu komitmen yang kuat dari semua pihak terkait terkait dengan penerapan ekonomi hijau ini. Menurut dia, ekonomi hijau merupakan pendekatan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam mengembangkan sektor ekonomi.

Ini melibatkan penggunaan sumber daya secara efisien, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan perlindungan lingkungan alam. “Untuk mewujudkan ekonomi hijau, kita perlu komitmen yang kuat dari semua pihak terkait, pemerintah daerah harus jadi pelopor,” katanya.


Komitmen ini tentunya melibatkan pemerintah, sektor swasta, masyarakat, dan juga lembaga pendidikan. “Semua pihak harus bekerja sama untuk mengembangkan kebijakan dan praktik yang mendukung ekonomi hijau yang berkelanjutan,” katanya.

Baca juga:  PDIP Merahkan Kandang Banteng Target Solo Raya 80 Persen Suara

Selain itu Sukirman juga menekankan perlunya edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ekonomi hijau. Dia berpendapat bahwa dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat ekonomi hijau, akan lebih mudah untuk mengimplementasikan langkah-langkah yang diperlukan.

“Kita perlu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya ekonomi hijau dan manfaatnya bagi lingkungan dan kehidupan. Dengan pemahaman yang baik, masyarakat akan lebih mendukung dan terlibat dalam upaya mewujudkan ekonomi hijau ini,” ucapnya.

Sukirman berharap dengan adanya komitmen kuat dan kerjasama yang baik dari semua pihak terkait, Kalteng dapat mewujudkan ekonomi hijau yang berkelanjutan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat

Sementara itu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, mendukung konsep ekonomi hijau ini. Salah satunya dengan mengajak masyarakat berpartisipasi mengurangi sampah. Seperti memaksimalkan keberadaan Bank Sampah dan Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce (TPS-3R).

Baca juga:  Kebangetan ! Kades Tukar Dana Desa dengan Upal

“Bank Sampah cukup efektif sebagai solusi mengatasi krisis sampah,” kata Kepala DLH Kota Pekalongan Joko Purnomo. Dia menyampaikan, hingga tahun lalu, tercatat 104 ton sampah dihasilkan setiap harinya oleh masyarakat, khususnya sampah yang berasal dari rumah tangga.

Joko menjelaskan bahwa, bank sampah dan TPS-3R dioptimalkan untuk mereduksi sampah di tingkat hulu. Program ini kata dia, terbukti efektif mampu mengurangi beban atau volume sampah yang terkirim di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sehingga masyarakat juga tergugah kesadarannya dalam mengelola sampah.

“Jika kesadaran akan kebersihan dan pengelolaan sampah sudah baik, tentu volume sampah bisa berkurang,” katanya. Disebutkan, untuk Bank Sampah Induk Kota Pekalongan, letaknya di Kelurahan Kuripan Kertoharjo, sedangkan total bank sampah yang telah terbentuk saat ini hingga tingkat RW sebanyak 54 unit, namun yang berjalan hanya 50 persen, ditambah dari komunitas atau organisasi masyarakat yang peduli lingkungan, kelurahan dan sekolah.

Purwanti menambahkan, gerakan pilah sampah dari rumah bisa mulai digencarkan untuk membangun kesadaran masyarakat memilah sampah rumah tangga, antara lain sampah organik dan yang bisa didaur ulang. “Sampah yang sudah dipilah akan dikumpulkan ke bank-bank sampah. Di sana, sampah bernilai ekonomi seperti botol plastik, kardus dan lain-lain bisa dijual,” ujarnya.

Baca juga:  Keseruan Lomba Panjat Pinang di Wisata Saloka, Warga Tuntang Terhibur dan Senang

Disebutkan, TPS-3R di Kota Pekalongan telah digagas di 21 tempat, di dalamnya juga terdapat proses pemilahan sampah. Jika program TPS 3R yang terdapat di permukiman warga bukan hanya sekadar tempat pembuangan sementara tetapi juga mengubah sampah menjadi kompos.

Menurutnya, selama edukasi pemilahan sampah ini belum berhasil dilakukan masyarakat, beban TPA akan semakin berat. Pengoptimalan keberadaan Bank Sampah dan TPS-3R ini harus terus disuarakan, bagaimana pemilahan sampah ini bisa berjalan baik di masyarakat.

“Jika kesadaran akan kebersihan dan pengelolaan sampah sudah baik, tentu nantinya volume sampah akan bisa berkurang, meski tidak seutuhnya karena tetap akan ada sisa (residu) yang masuk ke TPA, paling tidak beban sampah di TPA ini akan ringan,” tutupnya. (sgt/anf)