JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Puluhan ribu orang memadati halaman Balaikota Semarang meluber hingga ke Jalan Pemuda Kota Semarang. Mereka terlihat antusias menonton tarian ragam warna dugder yang dipertontonkan oleh puluhan orang berpakaian tradisional Jawa.
Sambil terus bergerak lincah mengikuti irama lagu gamelan khas budaya Semarang, puluhan penari tersebut menjunjung pula empat patung warak yang ikut dibawa bergoyang ke kanan dan ke kiri sesuai gerak tariannya.
Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1881, yang pada saat itu dilaksanakan pertama kali oleh Bupati Semarang, Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat. Dan saat ini, setiap tahunnya prosesi Dugderan dipimpin oleh Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.
Namun ada pemandangan sedikit berbeda dari pakem prosesi kirab yang seharusnya. Walikota Semarang yang juga akrab disapa Hendi tersebut tiba-tiba meminta masyarakat yang riuh memadati Balaikota Semarang untuk tenang.
Dia meminta masyarakat untuk menyempatkan diri berdoa bagi para korban bom di Surabaya. “Saudara-saudara, sebelum karnaval dimulai, mari kita semua berdoa kepada Allah untuk korban terorisme di Surabaya, kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing,” pinta Hendi.
Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi yang ikut prosesi dugderan menambahkan tradisi warga Semarang ini diharapkan agar terus dilestarikan. “Dugderan adalah tradisi warga untuk menyambut Ramadhan, kami sangat apresiasi,” katanya.