29 C
Semarang
Selasa, 29 April 2025

Pendidikan Karakter melalui Pembacaan Relief Cerita Candi

SEMARANG – Dewasa ini pendidikan karakter mendapat perhatian cukup besar, dan mendapat dukungan luas dari masyarakat karena banyak unsur positif yang dapat dipetik. Melalui program pendidikan karakter, diharapkan akan terbentuk pribadi-pribadi yang lebih utuh dan dewasa.  Hampir semua pendidik dan orang tua setuju bahwa pendidikan karakter merupakan bagian penting dalam sebuah proses pendidikan. Jika kita melihat situasi sosial masyarakat kita saat ini, seperti perilaku yang tidak jujur yang tercermin dalam tindakan korupsi, pemanfaatan jabatan, ketidakdewasaan pribadi seperti tercermin dalam penyalahgunaan obat-obatan, penyimpangan perilaku seksual di berbagai kalangan, bahkan akhir-akhir ini kita mendengar banyak berita tentang tindak kekerasan yang dilakukan oleh para pelajar baik di jalanan maupun di sekolah Maka di tengah-tengah kesibukan sekolah yang sudah banyak dijejali dengan beban administrasi dan pengajaran, serta tuntutan dari luar tentang akuntabilitas pendidikan berupa Ujian Nasional, maka berbicara tentang pendidikan karakter memiliki banyak konsekuensi. Sepertinya pendidikan nilai atau karakter baru sampai pada wacana dan slogan saja, sehingga dalam kenyataannya pendidikan baru sampai pada pendidikan kognitif.

Pendidikan yang sekarang ini diterapkan di banyak sekolah di Indonesia lebih menekankan pada aspek penguasaan ilmu pengetahuan dan mengadopsi sistem pendidikan luar, hal ini dapat mengakibatkan bangsa Indonesia kehilangan identitas nasionalnya. Sekolah dan orang tua akan lebih bangga jika peserta didiknya memiliki penguasaan pengetahuan dan bahasa internasional. Hal tersebut tidaklah salah, tetapi pengetahuan dan penguasaan terhadap kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia harus dipandang juga sebagai hal yang penting. Pendidikan yang berorientasi pada budaya bangsa merupakan hal yang mutlak diperlukan sebagai salah satu upaya mempertahankan identitas bangsa. Untuk tetap mempertahankan jati diri bangsa maka nilai-nilai pendidikan karakter yang diajarkan haruslah berakar pada identitas lokal berupa hasil-hasil kebudayaan yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Indonesia memiliki kekayaan budaya yang berkembang sejak awal abad Masehi. Dalam proses perkembangan budaya tersebut, kebudayaan lokal yang telah ada diperkaya dengan kebudayaan asing yang masuk ke Nusantara. Namun demikian kebudayaan asing yang masuk tidak diterima begitu saja menggantikan kebudayaan yang ada, tetapi kebudayaan asing tersebut diseleksi dan diadaptasi dengan kondisi setempat. Local genius yang dimiliki nenek moyang bangsa Indonesia merupakan nilai-nilai dasar yang telah lama berkembang dan diakui menjadi ciri-ciri istimewa sebagai unsur pembentuk kepribadian bangsa. Nilai-nilai ini tidak dapat ditinggalkan dalam mengembangkan kebudayaan, termasuk dalam proses pembentukan kebudayaan yang baru.

Salah satu wujud akulturasi kebudayaan di Indonesia adalah relief cerita yang terdapat pada candi-candi di Indonesia. Pesan-pesan pada relief cerita biasanya mengandung pendidikan budi pekerti bagi masyarakat pada masa itu. Seperti yang dikemukakan oleh Pramono Atmadi  bahwa ungkapan pada relief candi mempunyai hubungan yang erat dengan unsur yang ada dalam masyarakat baik unsur yang ada dan hidup di masa lampau maupun yang ada dan hidup di masa kini, sehingga ajaran budi pekerti yang terdapat dalam relief candipun bisa dipakai sebagai contoh dalam pendidikan budi pekerti pada masa kini. Dari berbagai tema yang ada dalam relief cerita, cerita hewan dipilih karena cerita ini banyak dikenal oleh masyarakat dari anak-anak sampai orang tua sebagai cerita lisan yang diwariskan turun temurun.

Relief cerita hewan pada candi merupakan salah satu hasil kebudayaan lokal yang mengandung nilai-nilai budi pekerti yang diajarkan kepada masyarakat pada masa lalu. Tetapi nilai-nilai filosofi yang diajarkan sebenarnya merupakan nilai-nilai yang bersifat universal yang dapat diajarkan juga pada masa sekarang sebagai nilai-nilai pendidikan karakter.  Pengetahuan tentang nilai-nilai budi pekerti dalam relief cerita hewan tersebut, saat ini masih hanya berupa kajian akademis, dan belum diaplikasikan sebagai materi yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

Belum banyak Guru memanfaatkan kekayaan budaya nasional seperti cerita hewan pada relief candi  untuk mengembangkan pendidikan karakter peserta didiknya. Padahal seharusnya dalam pendidikan karakter di sekolah, terutama pada mata pelajaran Sejarah, relief cerita hewan pada beberapa candi dapat dijadikan contoh tentang keteladanan perilaku manusia yang harus selalu memperhatikan nilai-nilai budi pekerti luhur yang berakar pada budaya nasional. Dengan demikian pembelajaran dengan mengkaji nilai-nilai filosofi moral pada relief candi menjadi sangat penting dan relevan untuk dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pendidikan karakter dan salah satu media preventif dalam rangka membentengi generasi muda dari pengaruh negatif era globalisasi.

Oleh:

Ika Dewi Retno Sari, M.Pd

SMA Negeri 14 Kota Semarang

 



Popular

LAINNYA

Terkini