JATENGPOS.CO.ID, – Perkembangan Teknologi informasi komunikasi (TI) di era modern berkembang sangat pesat. Salah satu implementasinya adalah penggunaan media sosial.Bahkan aplikasi ini terus mengalami pengembangan.
Penggunaan media sosial ini selain berdampak positif juga mempunyai dampak negatif. Melalui media ini informasi tersebar dalam hitungan detik. Pengguna merasa dimudahkan dalam segala urusan. Dakwah, bisnis, informasi dan pendidikan dapat disampaikan dengan cepat. Dampak negatifnya adalah penyalahgunaan media itu untuk menyebarkan informasi tidak terpercaya, bersifat profokatif, dan lain sebagainya. Bahayanya, orang-orang cenderung menelan mentah-mentah segala informasi yang diterima.
Tidak semua berita yang tersebar saat ini berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, pembaca harus bersikap selektif. Copy paste lalu share kembali tanpa mengetahui kredibilitas sumber sangat riskan dan berisiko. Untuk itu, diperlukan sikap kritis kita.
Informasi itu dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran bahkan tindakan seseorang atau kelompok. Sangat dipenulisngkan apabila informasi yang disampaikan tersebut adalah informasi yang tidak akurat terlebih informasi tersebut adalah informasi bohong (hoax) dengan judul yang sangat provokatif mengiring pembaca dan penerima kepada opini yang negatif. Opini negatif, fitnah, penyebar kebencian yang diterima dan menyerang pihak ataupun membuat orang menjadi takut, terancam dan dapat merugikan pihak yang diberitakan sehingga dapat merusak reputasi dan menimbulkan kerugian materi.
Dikalangan dunia pendidikan, Penulis berpendapat bahwa fenomenahoaks yang terjadi di masyarakat kita merupakan salah satu potret gagalnya pendidikan. Tanpa kita sadari sejak kecil kita dididik untuk menerima. Pendidikan kita yang masih mengandalkan dialog sepihak antara guru dengan murid tanpa disadari telah membentuk sikap menerima itu sendiri.
Guru seolah – olah menjadi sumber pengetahuan dan kebenaran pengetahuannya menjadi hal yang tak terbantah. Guru dianggap sebagai seorang yang menyadarkan murid yang dianggap perlu disadarkan, guru yang dianggap tahu segalanya menjadi sumber segala ilmu dan disinilah proses transfer endidikan terjadi. Guru hanya memberikan apa yang diketahuinya untuk dicerna oleh murid dan cenderung mematikan proses dialog yang diidealkan dalam pendidikan.
Murid diangap sebagai bejana kosong yang harus diisi dengan ilmu pengetahuan. Model pendidikan ini kemudian yang menurut penulis yang menumbuhkan mental instant dimana berbagai hal diterima tanpa perlu dibuktikan kebenarannya karena sudah terbiasa dididik seperti itu.
Hal ini kemudian berpengaruh terhadap respon masyarakat atas berita yang beredar di media sosial( mayoritas hoax beredar disini). Masyarakat kita yang mayoritas hanya menempuh pendidikan dasar dan menengah menjadi sasaran empuk berita hoaks. Hal ini sangat meresahkan terlebih bukannya dilawan justru digunakan oleh pihak yang tak bertanggung jawab sebagai bisnis yang menyesatkan.
Perbaikan dunia pendidikan memang membutuhkan waktu yang lama. Namun, hasilnya akan lebih kuat dan menebas akar masalah. Sesering apa pun dilakukan sosialisasi, secanggih apa pun aplikasi dan teknologi dikembangkan, segarang apa pun pemerintah memblokir situs hoax, hasilnya akan tetap sama jika akarnya tidak pernah dicabut. Hoax akan kembali berkembang biak seiring iklim politik dan kehidupan sosial yang setiap saat bisa memanas.
Kita ambil contoh berita yang sangat menggemparkan ditahun 2017 ini yaitu tentang berita penculikan anak-anak yang diambil organ tubuhnya, saat itu semua masyarakat merasa khawatir, anak-anak yang biasanya bermain dengan ceria, mengaji di sore harinya, belajar kelompok di malam harinya menjadi ketakutan tidak mau lagi keluar rumah. Berangkat sekolah di antar orang tuanya dan dijemput di saat pulang, tidak ada lagi keceriaan yang terpancar dari wajah anak-anak tersebut.
Dan akhirnya semua harus pihak harus saling terkait satu sama lain, satu sama lain harus saling mengisi mulai dari pemerintah, masyarakat, orang tua sampai siswa, semua harus mempunyai komitmen. pendidikan adalah sarana untuk memperbaiki masa depan, marilah kita bergerak bersama, maju bersama untuk mewujudkan bentuk pendidikan yang mampu menjadi inspirasi, bermoral, kreatif, inisiatif.
Pranita Hardiana,S.Pd SD
SD Negeri 1 Jembangan, Banjarnegara