JATENGPOS.CO.ID, – Ketika melihat polah generasi masa kini, pernahkah Anda bertanya, “Mengapa pelajar sekarangberbeda dengan pelajar zaman dulu?” Lahir di era teknologi informasi, murid masa kini berpikir dan bertindak berbeda dari generasi terdahulu. Dalam artikel berjudul Understanding and Teaching Generation Y, Peter Reilly(2012) menguraikan dilema akibat benturan antara guru gen-X, yang lahir sebelum tahun 1981, dan murid gen-Y, yang lahir setelahnya. Dalam literatur, istilah Gen-Y sering kali kabur dengan sebutan Gen-Z dan milenial. Namun demikian, generasi ini memiliki kesamaan karakteristik: fasih dalam berteknologi. Perbedaan generasi ini tak pelak membuat guru sulit memahami para murid milenial ini.
Imbasnya, guru bukan lagi satu-satunya sumber informasi, dan murid mudah jenuh ketika disuguhi metode belajar tradisional. Tambahan lagi, beberapa guru enggan beradaptasi dengan era digital. Akibatnya, belum banyak aktivitas pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi, seperti internet atau aplikasi berbasis Android.Hal ini menyebabkan kurang optimalnya daya serap materi. Untuk mengatasinya, guru perlu memahami karakter murid masa kini dan menerjemahkannya ke dalam konteks pembelajaran.
Dalam artikel yang sama, Reilly menyebutkan beberapa karakteristik murid milenial. Yang paling menonjol adalah ketertarikan mereka pada teknologi. Generasi ini acap kali disebut digital native karena mereka dapat dengan mudah mengakses informasi digital dari dunia maya.
Selain itu, generasi ini memanfaatkan teknologi untuk mempermudah tugas mereka. Akibatnya, mereka cenderung santai dan tidak menyukai tenggat waktu. Tambahan lagi, informasi digital yang kaya stimulus visual dan kinestetik membuat generasi ini belajar dengan cara yang berbeda. Sebagian besar generasi ini tidak lagi nyaman membaca buku teks karena mereka lebih suka melihat gambar atau video serta melakukan aktivitas fisik di luar ruangan.
Lebih lanjut, membanjirnya hiburan di era digital membuat para milenial tidak mudah merasa terhibur dan cepat bosan. Akibatnya, jika suasana belajar tidak cukup menyenangkan, mereka tidak akan tertarik untuk belajar.
Berdamai dengan Murid Milenial
Langkah pertama yang perlu diambil guru untuk berdamai dengan murid milenial adalah kesediaan untuk beradaptasi. Perbedaan nilai dan kebutuhan antar generasi tidak harus dimaknai sebagai kerugian. Alih-alih, dengan memahami generasi milenial, guru dapat meraih keuntungan dengan memodifikasi kegiatan pembelajaran.
Sebagai contoh, untuk mengakomodir gaya belajar visual dan kinestetik murid, guru dapat merancang pembelajaran yang memadukan sumber belajar visual seperti video dan menugaskan murid untuk membuat video singkat tentang topik tertentu.
Contoh lain, mengingat generasi ini membutuhkan suasana belajar yang menyenangkan, guru dapat menggunakan aplikasi permainan edukasi digital untuk meningkatkan keaktifan belajar. Bahan ajar pun tidak harus melulu berwujud buku teks. Kaum milenial yang fasih mengakses informasi digital dapat diberi kesempatan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan bantuan dunia maya.
Secara spesifik, dalam pembelajaran bahasa Inggris, guru dapat mengadopsi penggunaan teknologi bagi para murid milenial. Semisal, untuk mengajarkan teks descriptive tentang kegiatan sehari-hari, alih-alih diminta menulis teks berbasis kertas dan pena, peserta didik dapat diminta membuat video blog singkat mengenai kegiatan rutin mereka dan mengunggahnya ke media sosial. Selanjutnya, guru dan peserta didik lain dapat memberi umpan balik terhadap karya mereka.
Akhir kata, sadar akan karakteristik murid masa kini, guru dapat berdamai dengan menciptakan pembelajaran yang dapat dengan tepat menjawab kebutuhan mereka. Harapannya, jurang antar generasi bukan lagi menjadi penghalang, dan kualitas pembelajaran dapat meningkat.