JATENGPOS.CO.ID, – Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan dalam memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran geometri, aljabar, peluang, statistika, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui modelmatematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel.
Meskipun secara umum disadari peran pentingnya matematika dalam kehidupan, akan tetapi asumsi bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit, menjenuhkan, menakutkan dan membosankan, masih begitu lekat dalam pemikiran peserta didik.
Persepsi negatif peserta didik terhadap matematika, tidaklah dapat diacuhkan begitu saja, karena persepi negatif tersebut akan sangat mempengaruhi dari kadar penguasaan peserta didik terhadap kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, sehingga sinergisitas antar jenjang kelas akan sangat terpengaruhi dalam mendasari berbagai bekal penguasaan konsep pembelajaran yang dilaksanakan.
Untuk mengatasi asumsi tersebut, alternatif tindakan yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan ataupun mengkolaborasikan berbagai pendekatan, strategi, metode dan penggunaan media secara spesifik dalam kegiatan pembelajaran, sehingga berbagai kendala yang dimungkinkan menjadi faktor penyebab pencapaian hasil belajar dapat diminimalisir.Alternatif tersebut adalah penerapan pembelajaran heuristic model Polya dan pengunaan media lingkungan yang ada disekitar dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersama peserta didik.
LAPS-Heuristic model Polya merupakan salah satu metode pembelajaran yang mengetrapkan proses penyelesaian masalah secara sitematis dan logis. Dengan model pembelajaran ini peserta didik dituntut mampu memahami masalah, menentukan alternatif pemecahan masalah, serta menerapkan alternatif tersebut dalam menyelesaikan masalah dan mengevaluasi kembali proses dari hasil pemecahan masalah.
Pemecahan masalah memiliki 3 dimensi, yaitu : sebagai suatu tujuan pembelajaran matematika (goal), sebagai proses berpikir (process), dan sebagai kemampuan dasar (basic skill). Sebagai dimensi proses, pemecahan masalah dibelajarkan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir matamatik peserta didik dalam memecahkan masalah matematika.
Pemecahan masalah dilakukan melalui tahapan-tahapan berpikir yang disebut heuristik. Oleh karena itu, konsep heuristik tidak dapat dipisahkan dari kajian tentang pemecahan masalah dan pembelajarannya. Jika peserta didik menguasai heuristik dalam pemecahan masalah, maka dapat dipastikan ia memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan baik.
Suatu heuristik terdiri dari tahapan-tahapan berpikir yang membantu seseorang dalam memecahkan masalah. Tahapan-tahapan tersebut merupakan bagian-bagian dari kemampuan pemecahan masalah. Agar peserta didik memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan baik maka perlu diajarkan tahapan-tahapan tersebut secara khusus dan bertahap pula.
Dari karakteristik LAPS-Heuristicmodel Polya, dapat menjadi alternatif dalam penerapan kegiatan belajar mengajar matematika dengan tujuan untuk memberikan pembelajaran yang lebih bermakna, menyenangkan dan memudahkan peserta didik untuk menguasai kompetensi-kompetensi yang diharapakan dalam kegiatan pembelajaran tersebut secara maksimal.
Pembelajaran heuristik dapat dilakukan secara individual, kelompok maupun klasikal. Namun pembelajaran heuristik lebih baik dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil agar terjadi diskusi dan tukar pikiran antara sesama peserta didik selama diberikan tugas untuk memecahkan soal terutama dalam tahap latihan.
Langkah-langkah Polya meliputi: menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas, menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional, menyusun hipotesis-hipotesis kerja dan prosedur kerja yang perkirakan baik, mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya, mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.
Langkah pertama model Polyaadalah membaca soalnya dan meyakinkan diri untuk memahaminya secara benar. Dilanjutkan dengan mencari hubungan antara informasi yang diberikan. Jadi pada dasarnya model Polya adalah belajar metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, dan teratur secara teliti. Tujuanya adalah untuk memperoleh kemampuan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas.
Penerapan LAPS-Heuristic model Polya dapat diterapkan sebagai alternatif pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika pada materi perbandingan dan skala, karena terkait dengan kemudahan media yang tersedia disekitar lingkungan peserta didik, hal tersebut akan memberikan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik dengan diajak mengeksplorasi benda yang ada disekitarnya sebagai sumber pembelajaran sehingga akan relevan dengan kehidupannya kelak.
BAMBANG WIDYO PRAMONO, S.Pd., M.Pd
GURU SD NEGERI BENDOSARI, GEBANG, PURWOREJO