28 C
Semarang
Jumat, 13 Juni 2025

Membangun Budaya Literasi Tanpa Menggurui

JATENGPOS.CO.ID, – Literasi selalu dihubungan dengan kegiatan membaca. Sedangkan membaca sering dipahami hanya sebuah tulisan. Padahal, melihat gambar seperti poster, komik atau lukisan juga bisa digolongkan kegiatan membaca. Membaca merupakan sarana memperoleh informasi untuk menambah wawasan. Melaui kegiatan membaca impuls-impuls otak akan meningkat. Ada yang mengatakan membaca akan mencegah resiko kepikunan. Selain membaca, literasi juga berkaitan dengan tulis menulis. Sebab, menulis merupakan proses kreatif dari kegiatan memperluas cakrawala berpikir. Gerakan literasi sudah menjadi program nasional.

Kepedulian Negara terhadap literasi baca sudah ditunjukkan melalui pemberian hadiah sepeda motor sebagai inventaris kendaraan operasional kepada beberapa relawan Taman Baca seluruh Indonesia oleh Perpusnas. Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) juga sudah digulirkan oleh Kemendiknas yaitu membiasakan siswa membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan wawasan masyarakat. Apabila wawasan masyarakat meningkat, maka kecerdasaan dengan sendirinya bisa meningkat.

Selain itu, kreatifitas dari pada masyarakat juga terbentuk. Gerakan kampanye literasi, jika dirasakan belum bisa menyasar secara menyeluruh. Mungkin hanya sebagian saja yang bisa merasakan dampaknya. Banyak penggiat literasi yang belum optimal dalam pelayanannya. Mas Iqbal Dawami dalam bukunya Psido Litersi menjelaskan masih banyak kegiatan literasi yang semu, seperti Gerakan Literasi Sekolah hanya siswa saja yang di sasar, bukankah guru lebih pokok untuk mencontohi membaca secara bersama-sama. Jika program pembiasaan hanya dikenakan untuk murid, maka program tersebut juga belum tentu berhasil. Begitu juga sebaliknya jika kegiatan hanya untuk guru, maka siswa juga kurang maksimal. Hal lain yang kurang menjadi perhatian dalam perguliran program tersebut adalah buku-buku bacaan yang tersedia. Belum tentu setiap sekolah bisa meyediakan bukubuku yang relevan sesuai usia perkembangan anak. Disisi lain, banyak juga kegiatan-kegiatan yang mengatas namakan literasi baik dalam pelatihan penulisan artikel maupun penulisan buku. Kesemuanya mempunyai tujuan yang hampir sama, meningkatkan minat baca masyarakat diberbagai kalangan.

Terutama kalangan yang mengikuti kegiatan tersebut. Akan tetapi, dari penggiat literasi tersebut sudah produktif belum, terus dalam kegiatan hanya mementingkan kelompoknya saja, apa bisa berkolaborasi dengan berbagi elemen. Biasanya rata-rata masih bersifat subyektif, karena masing-masing ingin unggul atau namanya muncul dipermukaan. Sebenrnya itu wajar dan manusiawi, akan tetapi jika sudah menyangkut hajat hidup orang banyak harus bisa bersikap arif dan bijaksana. Literasi pada dasarnya bukan hanya berkutik dengan kegiatan baca tulis. Literasi membuat manusia bisa produktif dan lebih berkarya. Literasi bisa menginspirasi kesemua elemen.

Banyak orang yang pola pikirnya berubah karena teriinspirasi dari membaca. Banyak orang yang bisa berkarya menciptakan sesuatu karena membaca. Kehidupan ini tidak lepas dari literasi. Apapun aktivitas seseorang jika diceritakan bisa dibagi kepada siapa saja. Dengan ditulis, tidak akan ada jarak dan waktu yang menghalangi. Produktivitas literasi perlu dibina dan dikembangkan, agar bisa merambah keberbagai elemen perlu adanya kolaborasi dengan berbagai pihak terutama sesame penggiat literasi, apapun payungnya. Karena perubahan dan peradaban zaman akan maju jika masyaraktnya mampu dan mau mengembangkan budaya literasi.

Jadi,literasi sebagai inspirasi, dengan menuliskan hal-hal positif yang mampu mempengaruhi orang lain untuk bergerak dan berkreasi. Dari anak kecil sampai orang dewasa bisa membuat cerita. Dari kalangan biasa, kaum terpelajar seperti guru, mahasiswa dan dosen bisa membuat karya. Bukan hanya tulisan yang ilmiah terusakan tetapi suatu bacaan yang bisa dinikmati berbagai kalangan. Jika produktivitas tinggi, hasil bagus, bisa digunakan sebagai bahan bacaan untuk mengisi perpustakaaperpustakaan. Tak akan ada perpustakaan-perpustakaan jarang pengunjungnya. Karena banyaknya buku-buku baru akan jadi bahan rujukan belajar. Juga sebagai sarana wisata pengetahuan. Literasi tanpa mengguri adalah literasi yang menginspirasi.(*)

Gito, S,Pd.

Guru SD Negeri 3 SelorejoGirimartoWonogiri



Popular

LAINNYA

Terkini