JATENGPOS.CO.ID Dalam dunia pendidikan, anak didik menjadi fokus yang harus diperhatikan, diolah, diproses untuk menjadi manusia mandiri yang mempunyai kecerdasan, keuletan, dan ketangguhan untuk berjuang mengejar cita cita nya, dilandasi dengan akhlak dan kepibadian yang luhur. Dunia pendidikanlah menjadi penyangga yang sangat penting untuk mengantarkan generasi penerus bangsa tersebut untuk melangkah lebih jauh. Tetapi terkadang merasa miris ketika melihat tayangan di media televisi yang memperlihatkan kebobrokan mental seorang anak yang dipertontonkan dengan kekosongan karakter kesopanan, baik itu kepada sesama, kepada orang yang lebihtua, ataupun kepada orang tuanya sendiri.
Terlepas dari permasalahan diatas, kehidupan keluarga menjadi tolok ukur anak didik kita untuk meneruskan kiprah nya dalam menggapai suatu kehidupan yang lebih layak yang menjadi impian nya. Banyak siswa yang putus ditengah jalan ketika masih duduk dibangku sekolah, banyak juga yang gagal diperjalanan karena pengaruh pergaulan, banyak juga yang terpental karena hancur nya keutuhan keluarga. Itulah fenomena yang menjadi fatamorgana kehidupan sebagian siswa kita sebagai pemicu lemahnya mental dan karakter generasi penerus Bangsa. Pengaruh kuat yang komplek yang melatar belakangi kehidupan siswa tidak terelakkan lagi. Kehidupan ekonomi keluarga di desa menjadi salah satu pemicu untuk meninggalkan buah hatinya pergi mengais rezeki kekota tanpa mempertimbangkan dampaknya.
Dampak dari masalah tersebut misalnya pergaulan bebas yang akan menjerumuskan anak dalam perilaku yang tidak diinginkan. Tayangan televisi, khususnya film atau hiburan yang tidak mendidik yang seharusnya menuntun manusia, terkadang malah menjerumuskan anak didik yang notabene jauh dari pantauan orang tua, meniru tokoh yang ada dalam cerita, sekalipun itu bertentangan dengan nurani manusia pada umumnya hingga memicu anak menjadi liar, brutal, dan sulit dikendalikan. Kebrutalan seseorang, kebengisan manusia, dan ketidak sopanan dipertontonkan di media televise akan memicu kesempatan sebagian siswa berbuat negative dengan mencontohnya. Hal yang paling dikhawatirkan apa bila penggunakan gadged tanpa pengawasan orang tua untuk memilih dan memilah baik buruknya.
Dari permasalahan tersebut, bagaimana kita mencari solusi untuk mengatasinya agar tidak lagi menimpa siswa terutama yang ada di desa, dan ditinggal merantau kedua orang tuanya. Masalah tersebut tidak semudah membalikkan tasngan. Fokus utama berawal dari keluarga yang menjadi sentral terbentuknya karakter manusia seutuhnya. Mari kita berusaha melangkah sebisa mungkin, melakukan yang terbaik demi anak – anak kita generasi penerus Bangsa. Kita bina keluarga menjadi keluarga yang yang dilandasi dengan keimanan yang kuat, saling mengasihi, menyayangi hingga membentuk keluarga bahagia sejahtera. Perhatian kepada anak sangat penting untuk melangkah menentukan jalan kehidupanya dalam meraih kehidupan yang lebih baik, sehingga bisa menjadi anak mandiri berguna bagi dirinya sendiri, keluargan, Nusa, dan Bangsa. Dengan demikian Sebagai orang tua kita harus mampu mendidik anak- anak kita terutama dengan landasan agama. Kita sayangi, kita kasihi sepenuh hati, kita arahkan supaya tidak terpengaruh pergaulan bebas yang membawa kehancuran anak didik kita.
Sebagai orang tua kita harus mendidik secara psikologi suntuk diarahkan, dilindungi, dijaga, diawasi demi keselamatan anak – anak dalam mencapaicita –cita. Sebagai orang tua kita harus semaksimal mungkin untuk mengawasi dan mengarahkan anak- anak baik secara internal maupun eksternal agar tidak terpengaruh pada hal – hal negatif yang menjerumuskan anak anak kita. Perankita sebagai orang tua sangatlah besar untuk menyongsong hari depan meraih cita – cita, mengantarkan mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang kita dambakan.(*)
Dra. Sugihatini
SMP Negeri4 Jatisrono,
Wonogiri