JATENGPOS.CO.ID, – Pelajaran praktek di SMK merupakan suatu hal yang krusial, sesuai dengan labelnya sebagai sekolah menengah kejuruan, maka ketrampilan yang di dapatkan dari praktek merupakan aspek yang sangat penting bagi siswa, karena dengan ketrampilan tersebut maka siswa akan mudah dalam mendapatkan pekerjaan. Pada beberapa mata pelajaran praktek seperti gambar teknik, simulasi digital pada jurusan teknik pemesinan, pemrograman, design bangunan, merancang dan merencana serta mata pelajaran praktek yang bersifat massal lainnya, guru kesulitan dalam hal membimbing secara maksimal proses pembelajaran praktek, karena satu orang guru harus membimbing 32-36 siswa praktek dalam satu kelas.
Dengan jumlah siswa praktek satu kelas paling tidak memerlukan 2 guru pembimbing agar hasilnya maksimal, seperti halnya yang di dilakukan di negara barat, seperti Amerika Serikat, Inggris dan Finlandia setiap lebih dari 25 siswa praktek maka diperlukan tambahan satu guru pembimbing (co-teacher) di dalam kelas, tetapi hal ini tidak bisa diterapkan di Indonesia karena terganjal aturan terkait dengan pemenuhan jam mengajar guru pada dapodik
Nah, kemudian bagaimana cara mengatasinya? Maka, diperlukan terobosan-terobosan dalam melakukan pendekatan pembelajaran dan strategi mengajar yang tepat untuk mengatasi masalah pada pembelajaran praktek tersebut. Salah satunya adalah metode Peer tutorial dimana seseorang atau beberapa siswa ditunjuk oleh guru untuk membantu guru dalam melakukan pembimbingan terhadap teman sekelas, diharapkan dengan metode tersebut seorang siswa lebih mudah menerima penjelasan yang diberikan oleh teman sekelas karena tidak adanya rasa enggan atau malu bertanya. Seperti yang disampaikan Widodo (1997:12) bahwa proses belajar tidak harus berasal dari guru, seorang siswa bisa mengajar siswa yang lain.
Hal ini Ā cocok dan sangat membantu guru dalam memaksimalkan dan mengefisienkan pembelajaran praktek. Guru tidak harus turun tangan langsung membimbing satu persatu sebanyak 32-36 siswa praktek dan siswa pun dapat menjadi lebih aktif karena terjadi interaksiĀ antara siswa, tutor dan guru. Lho kok bisa? Ya, bisa karena dalam konsep ini teman yang dijadikan tutor adalah teman sekelas yang notabene teman sebaya, sehingga interaksi yang terjadi adalah interaksi Ā saling membantu dan membutuhkan tanpa adanya sekat-sekat psikologis, oleh karena itu dengan dibimbing oleh teman sebayanya siswa tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide, saran-masukan dan sikap dari āgurunyaā yang tidak lain teman sebayanya itu.
Bantuan dan bimbingan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan
seperti antara guru dengan siswa langsung, selain itu bahasa dengan teman sebaya sangat mudah dipahami sehingga tidak ada rendah diri ketika mengalami kesulitan atau kurang faham untuk bertanya dan minta bimbingan. Kemudian apa untungnya bagi sang tutor? peran teman sebaya dapat menumbuhkan dan membangkitkan kompetisi yang sehat, karena siswa yang dijadikan tutor, eksistensinya diakui oleh teman-temannya.
Teknisnya, satu rombongan siswa praktek yang terdiri dari 32-36 siswa dapat di bagi menjadi 5-6 kelompok dengan masing-masing satu tutor pendamping, sedangkan tutor pendamping dipilihkan dari siswa yang kompeten dalam mata pelajaran praktek tersebut, sebelum praktek dimulai guru memberikan arahan dan contoh cara mengerjakan tugas sesuai dengan lembar kerja praktek, kemudian masing-masing tutor berada pada kelompoknya masing-masing untuk mengerjakan tugas sekaligus membimbing dan memberi bantuan rekan satu kelompoknya namun demikian guru tidak hanya berpangku tangan saja setelah itu, tetapi tetap memberikan arahan dan bimbingan secara umum.
Dengan demikian penyerapan materi praktik guru akan lebih efektif dan efesien serta pembelajaran yang terjadi berpusat kepada siswa, sesuai amanat kurikulum 2013. Untuk itu, guru perlu kreatif sehingga pembelajaran berhasil. Di sisi lain mampu menginspirasi siswanya.
Andy Setiawan, S.Pd, MBA
Guru Teknik di SMK Negeri 2 Wonogiri