Bagi para penggemar sepak bola atau para gamer PES tentu tidak asing lagi dengan strategi gegenpressing. Sebuah strategi dalam sepak bola modern yang banyak digunakan tim dan pelatih kelas dunia. Gegenpressing merupakan sebuah frasa dari bahasa Jerman yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi counterpressing. Dengan strategi ini sebuah tim akan melakukan tekanan yang ketat terhadap lawan dan merebut bola dengan cepat sehingga akan menghasilkan serangan balik yang mematikan.
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu pelajaran yang menjadi momok bagi para siswa karena kompleknya materi yang terdapat di dalamnya. Konsep perhitungan dan hafalan yang ada di dalam pelajaran IPA menjadikan penguasaan kompetensi dari siswa menjadi tidak maksimal. Kenyataan ini diperparah dengan menurunnya minat belajar siswa akibat siswa lebih sibuk menghabiskan waktunya untuk bersosialmedia dan ngegame di androidnya masing-masing. Maka diperlukan berbagai cara untuk meningkatkan kembali minat belajar siswa, salah satunya dengan strategi gegenpressing. Ternyata strategi gegenpressing ini faktanya sangat baik diterapkan dalam meningkatkan belajar IPA dikelas IX SMP Negeri 1 Purwantoro sehingga penguasaan kompetensi siswa menjadi meningkat. Beberapa langkah dapat diterapkan dalam kelas yang diadopsi dari strategi gegenpressing diantaranya:
Pertama komunikasi berantai. Dalam sebuah tim yang menggunakan gegenpressing, komunikasi antar pemain dan pemain dengan pelatih harus berjalan dengan baik untuk bisa menutupi kelemahan dan memperbaiki permainan sebuah tim. Pelatih Liverpool Jurgen Kloop sebagai penganut strategi gegenpressing hampir sembilanpuluh menit selalu memberikan suport dan instruksi dari pinggir lapangan. Demikian juga dalam sebuah kelas, apabila guru dan siswa dapat berkomunikasi dengan baik layaknya sebuah partner belajar, maka kelas tersebut akan terbangun suasana belajar yang nyaman. Seorang guru tidak hanya duduk di belakang meja saja, namun harus berkeliling ke semua siswa sehingga siswa akan merasa diperhatikan dan dibimbing dengan baik.
Kedua reward berkelompok. Dalam kurikulum 2013, pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Pengalaman belajar ini akan sangat baik jika dilakukan secara berkelompok, sebagaimana Hisyam dalam Werkandi (2003) mengatakan bahwa bentuk belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan pada orang lain. Pembiasaan pemberian reward secara kelompok akan menumbuhkan kompetisi yang baik. Penghargaan bukan hanya diberikan karena kemampuan individu namun karena kerjasama antar siswa. Sebagus apapun seorang pemain sebakbola, tapi apabila tidak bisa bermain secara tim maka akan dibangkucadangkan.
Ketiga latihan berbasis teknologi. Tim sepakbola modern selalu melibatkan teknologi untuk meningkatkan kemampuan pemainnya. Demikian pula kemampuan siswa akan meningkat jika pembelajaran konvensional dikurangi. Pemberian latihan soal dan tugas harus bisa mengikuti perkembangan teknologi, karena siswa millenial selalu bersanding dengan androidnya, maka akan lebih meningkatkan minat belajar mereka apabila pemberian tugas berbasis internet misalkan dengan penggunaan google form.
Keempat analisis setiap KD. Sebuah tim yang menggunakan strategi gegenpressing selalu menganalisa setiap kemampuan pemainnya baik pada saat bermain ataupun ketika sudah selesai. Maka seorang guru yang baik harus menganalisis setiap proses dan hasil dari pembelajaran setiap KD, agar bisa mengetahui kekurangan dan segera bisa memperbaiki dengan pembelajaran yang lebih baik. Berdasarkan pengalaman penulis di SMP Negeri 1 Purwantoro, strategi gegenpressing ini benar-benar menjadi solusi untuk meningkatkan minat belajar IPA.
Joko Ristanto, S.Si
Guru IPA SMP Negeri 1 Purwantoro