Upaya perbaikan kualitas pendidikan khususnya pada pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, guru sebagai fasilitator dalam mengarahkan siswa untuk menemukan informasi, mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan aktivitas belajar di SMP Negeri 2 Bulukerto kabupaten Wonogiri. Pelajaran PPKn merupakan salah pelajaran yang dianggap siswa sebagai mata pelajaran yang membosankan, karena banyak materi serta hafalan yang menyulitkan siswa. Pembelajaran dengan metode ceramah menimbulkan rasa jenuh, mengantuk tidak memperhatikan guru saat proses pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya strategi pemebelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan motivasi pembelajaran PPKn pada peserta didik di SMP Negeri 2 Bulukerto khususnya kelas VIII C. Guru berusaha menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa tertarik dan mudah memahami, salah satu model pembelajaran yang dipilihnya dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick. Talking stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran tongkat yang dirancang untuk mengukur tingkat penguatan materi pelajaran dengan menggunakan media tongkat.
Menurut Maufur (2009:880) talking stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berguna untuk melatih keberanian siswa dalam menjawab dan berbicara kepada orang lain, sedangkan penggunaan tongkat secara bergiliran sebagai media untuk merangsang sekaligus untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran talking stick merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunujuk giliran dengan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga mengoptimalisasikan pembelajaran didalam kelas.
Menurut Suprijono (2009:109) langkah-langkah model pembelajaran talking stick sebagai berikut, pertama guru membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang, kedua guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm, ketiga guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membaca materi pelajaran tersebut dalam waktu yang ditentukan, keempat siswa berdiskusi membahas materi, kelima setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan, keenam guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompoknya memegang tongkat tersebut harus menjawabnya dan seterusnya sampai sebagian besar siswa menjawab pertayaan dari guru, ketujuh siswa lain boleh membantu menjawab pertayaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertayaan, kedelapan ketika stick bergulir dari kelompok ke kelompok lainnya sebaiknya diiringi musik dan lagu, Kesembilan guru memberi kesimpulan, kesepuluh guru melakukan evaluasi penilaian, baik secara kelompok maupun individu, kesebelas guru menutup pelajaran.
Setiap model pembelajaran pastinya memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Shoimin (2014:83) Kelebian model pembelajaran kooperatif tipe talking stick sebagai berikut pertama, menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran. Kedua melatih peserta didik memahami materi dengan cepat, ketiga memacu peserta didik lebih rajin belajar, karena peserta didik tidak pernah tahu tongkat akan sampai pada gilirannya. Keempat, peserta didik berani mengemukan pendapat.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran talking stick sebagai berikut: pertama, siswa cenderung individual. Kedua, siswa yang pandai lebih mudah menerima materi sedangkan siswa yang pandai kesulitan menerima materi. Ketiga, membuat peserta didik senam jantung. Menggunakan metode talking stick menjadi alternatif bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang menarik dan berkarakter. Proses pembelajaran PPKn ini juga semakin menarik karena dikemas layaknya sebuah permainan. Peserata didik semakin antusias belajar PPKn dengan menggunakan metode talking stick. *
KATMI, S.Pd
GURU PPKn
SMP NEGERI 2 BULUKERTO
KAB. WONOGIRI
