JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Lebih dari satu dekade program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah hadir di tengah masyarakat dalam rangka memberikan akses pelayanan kesehatan yang mudah, cepat, dan setara. Program JKN memiliki peranan penting sebagai jaminan kesehatan terutama bagi masyarakat yang membutuhkan pengobatan jangka panjang.
Prayitno, warga asal Kelurahan Mlatibaru, Kota Semarang menceritakan, semua berawal sekitar tahun 2019 pada saat Pandemi Covid-19 melanda. Ia sering mengeluhkan rasa nyeri hebat pada bagian dadanya. Namun, beberapa kali dapat diredam dengan obat-obatan yang ia terima.
“Beberapa waktu setelah nyeri dada itu saya kena batu ginjal. Kemudian dilakukan pengangkatan melaui metode ESWL atau metode gelombang kejut istilahnya, setelah 5 kali penanganan, kemudian dinyatakan bersih,” ungkapnya saat ditemui di Rumah Sakit dr.Kariadi, Senin (13/8/2025).
Beberapa tahun berjalan semua dirasa masih baik-baik saja. Hingga pada tahun 2023 nyeri dada pada tubuh Prayitno kembali. Seperti biasa, setelah kontrol dan mengonsumsi obat-obatan tubuhnya terasa membaik.
“Setelah dikasih obat jantung itu memang nyerinya reda. Kemudian diberikan obat untuk satu bulan kedepan, tapi belum ada satu bulan sekitar tiga minggu itu badan terasa tidak enak, mual muntah, badan lemas dan cuma bisa tiduran di rumah saja,” ucapnya.
Merasa tubuh semakin tidak karuan, sang istri berinisiatif membawa Prayitno ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk segera mendapatkan penanganan dan benar saja, setelah dilakukan beberapa pengecekan diketahui bahwa kreatin dalam tubuh Prayitno hampir mencapai angka 20 yang mengharuskannya untuk cuci darah.
“Setelah tahu kreatin saya tinggi, saya langsung diberikan tindakan cuci darah pada saat itu juga di ICU sebanyak tiga kali. Dirawat lima hari kemudian membaik dan akhirnya diperbolehkan pulang,” ungkap Prayitno.
Pola hidup yang kurang baik menjadi salah satu pemicu dirinya harus menghadapi kondisi saat ini. Bagaimana tidak, ia akrab dengan rokok sejak muda sekaligus menjadi teman mengemudi Prayitno untuk menghilangkan rasa kantuknya ketika berprofesi sebagai driver.
“Awalnya dulu memang ada pembengkakan di bagian kaki, saya kira dulu memang jantung namun ternyata menurut dokter adanya nyeri jantung itu akibat ginjal yang sudah tidak kuat menopang,” jelasnya.
Kurang lebih dua tahun sudah dirinya menjalani cuci darah. Terdaftar sebagai peserta JKN pada segmen PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) Pemerintah Kota Semarang atau UHC (Universal Health Coverage) membuat dirinya merasa sangat terbantu.
“Saya mulai cuci darah itu bulan Juli tahun 2023, sekitar dua tahunan lah, dan syukur ada perkembangannya walaupun dulu awal-awal cuci darah masih lemas dan tidak semangat, mungkin juga masih penyesuaian. Alhamdulillah semua proses pengobatan tidak ada biaya alias nol persen mulai dari tindakan maupun pemberian obat-obatan semuanya dijamin tanpa biaya,” ujarnya.
Prayitno turut mengapresiasi pelayanan yang diberikan, mulai dari puskesmas maupun rumah sakit, semua memberikan pelayanan yang baik, ramah, dan tidak ada perbedaan sama sekali.
“Kalau tidak ada BPJS Kesehatan atau UHC, aduh mending saya pasrah saja, karena saya dengar kalau bayar sendiri biayanya bisa sampai jutaan, makanya saya juga dibantu istri buat cek surat rujukan biar tidak terlewat,” ungkapnya.
Tak lupa ia dan sang istri mengucapkan terimakasih kepada pemerintah dan BPJS Kesehatan yang telah memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi dirinya hingga saat ini.
“Harapan saya semoga program JKN ini bisa selalu ditingkatkan pelayanannya, langgeng, dan ada terus lah ditengah-tengah masyarakat yang membutuhkan pelayanan Kesehatan ini,” tutup Prayitno. (aln)