28.2 C
Semarang
Kamis, 25 September 2025

Jateng Jadi Sentral Cabe Nasional

*Deklarasi Gerakan Petani Peduli Inflasi di Magelang

 

JATENGPOS.CO.ID, MAGELANG- Gerakan Petani Peduli Inflasi resmi digulirkan di Magelang, Senin (22/9/2025). Inisiatif ini mengintegrasikan Champion nasional, 15 Champion lokal, serta lebih dari 1.000 petani mitra sebagai langkah menjaga stabilitas harga cabe di Jawa Tengah, sekaligus menopang pengendalian inflasi nasional.

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi mengatakan, pentingnya membangun ekosistem pertanian cabe yang terhubung dari hulu ke hilir. Menurutnya, penguatan jaringan pascapanen, pemasaran, hingga dukungan OPD dan BUMD menjadi fondasi agar petani tidak lagi rentan dengan fluktuasi harga.

“Jawa Tengah memiliki 10 kabupaten penghasil cabe dengan luas tanam sekitar 2.000 hektare. Potensi ini mampu melibatkan 2.000 petani dan menghasilkan nilai ekonomi hingga Rp4,2 miliar per bulan, sehingga tidak ada lagi cerita inflasi dari cabe,” kata Ahmad Luthfi, disela acara “Gerakan Petani Peduli Inflasi, Penguatan Sinergi Champion dan Mitra Champion Komoditas Cabe se-jawa Tengah, Ontegrasi Champion Nasional 15 Champion Lokal Jawa Tengah dan 1000 Petani Mitra Champion Magelang”, Senin (22/9/2025), di Magelang.

Ditambahkan, Jawa Tengah kini menjadi sentra pemasok cabe ke berbagai daerah, termasuk Riau, Sumatera Barat, dan Kalimantan Tengah. Bahkan, jaringan Champion yang dibentuk bersama Kementerian Pertanian telah menjadi pengendali produksi dan distribusi di tingkat lokal maupun nasional.

Baca juga:  SIG Raih Penghargaan Transparansi Emisi Korporasi 2022

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra menuturkan, dukungan BI diwujudkan melalui inovasi sistem lelang berbasis aplikasi digital. Mekanisme ini memungkinkan pedagang besar dan pasar membeli langsung dari petani, memutus rantai distribusi yang selama ini membuat harga tidak stabil.

“Dengan sistem lelang, informasi produksi dan harga menjadi transparan. Cabe tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan Jawa Tengah, tetapi juga bisa memasok provinsi lain dengan harga yang wajar bagi konsumen, sekaligus menguntungkan petani,” tukas Rahmat.

Rahmat menambahkan, Bank Indonesia juga menggandeng Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah untuk mengawal ketersediaan dan distribusi cabe. Kolaborasi ini melibatkan BUMD pangan, serta jaringan ritel agar stok tetap terjaga, sekaligus mendukung edukasi konsumsi cabe kepada masyarakat.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan, Muhammad Agung Sunusi menegaskan, keberadaan Champion cabe merupakan strategi jangka panjang yang dimulai sejak 2016. Kini terdapat 22 Champion di seluruh Indonesia, dengan Jawa Tengah tercatat sebagai daerah terbanyak yang menjadi basis percontohan.

Baca juga:  PLN Peduli Bantu Motor Listrik

“Champion adalah perpanjangan tangan Kementan untuk menjaga stabilitas aneka cabe. Dari Magelang, mereka berperan dalam manajemen lahan, pengaturan panen, hingga pemasaran agar harga tidak jatuh di bawah acuan pembelian,” jelasnya.

Ia mencontohkan, Magelang bahkan sudah mampu memenuhi kebutuhan cabe untuk daerah lain seperti Kalimantan, Sumateran. Keberhasilan ini, menjadi alasan mengapa Jawa Tengah selalu ditempatkan sebagai tulang punggung pangan nasional.

Tak hanya cabe, Kementan bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga mendorong pengembangan komoditas lain seperti bawang merah di Brebes. Untuk bawang merah bahkan sudah mampu memenuhi pasar ekspor.

Sedangkan pengembangan komoditas bawang putih ada di Karanganyar serta Wonosobo. Bahkan untuk bawang putih, lahan di ketinggian 1.800 mdpl kini ditanami 35 hektare bawang putih dengan hasil panen yang diproyeksikan melampaui 7 ton per hektare.

“Dengan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, Bank Indonesia, dan petani, Jawa Tengah bisa menjadi lumbung pangan strategis nasional. Inflasi terjaga, petani sejahtera, dan masyarakat memperoleh harga yang adil,” tandasnya.(aln)


TERKINI

Rekomendasi

...