JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG- Sistem pembayaran digital berbasis QRIS di Jawa Tengah mencatat lonjakan signifikan sepanjang 2025. Pertumbuhan pengguna dan volume transaksi menempatkan provinsi ini sebagai salah satu kekuatan utama ekonomi digital nasional.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, menyebut peningkatan penggunaan QRIS menunjukkan perubahan perilaku masyarakat yang semakin terbiasa bertransaksi secara nontunai. Menurutnya, digitalisasi pembayaran menjadi fondasi penting bagi modernisasi ekonomi daerah.
“QRIS di Jawa Tengah tumbuh sangat pesat, didorong perubahan perilaku masyarakat yang kini mulai mengutamakan efisiensi, transparansi, dan kecepatan transaksi,” ujar Rahmat.
Data Bank Indonesia menunjukkan jumlah pengguna QRIS mencapai 8,04 juta orang atau tumbuh 12,34 persen (yoy). Volume transaksi mencapai 846,3 juta transaksi, naik tajam 167,52 persen (yoy). Dengan capaian itu, Jawa Tengah berada di posisi ketiga terbanyak pengguna QRIS dan peringkat empat nasional untuk volume transaksi dan merchant.
“Kota Semarang menjadi motor utama digitalisasi pembayaran di Jawa Tengah,” kata Rahmat.
Kontribusi Semarang terlihat dominan dengan porsi nominal transaksi sebesar 62,42 persen, volume transaksi 65,04 persen, dan persebaran merchant mencapai 21,33 persen. Gap dengan kota lain cukup lebar, menandakan konsentrasi digitalisasi paling kuat berada di ibu kota provinsi.
Merchant QRIS di Jawa Tengah juga dikuasai pelaku UMKM, yang mencapai 70,86 persen dari total merchant. Semarang, Surakarta, dan Banyumas menjadi pusat pertumbuhan merchant dan transaksi terbanyak.
Rahmat menyebut, digitalisasi tak hanya terjadi di dalam negeri. QRIS kini juga merambah transaksi lintas negara. Wisatawan Indonesia yang berada di Jepang sudah bisa membayar dengan pindai QR Code JQR Global, sementara kerja sama dengan Tiongkok dan Korea Selatan memasuki tahap uji coba terbatas.
“Kolaborasi antarnegara akan membuat transaksi semakin sederhana, efisien, dan aman. Inilah masa depan sistem pembayaran,” jelasnya.
Untuk meningkatkan literasi dan kesadaran masyarakat, BI Jateng menjalankan program “Ngebis Praktis dan Ekonomis Pakai QRIS TAP”. Program ini berlangsung November–Desember 2025 di seluruh koridor BRT Trans Jateng dan berlaku untuk 500 transaksi pertama per hari.
Setelah program berjalan, rata-rata transaksi QRIS TAP melonjak hingga 644 persen, bahkan sempat menembus 1.344 persen per hari. Menurut BI, hal ini menunjukkan respons positif masyarakat terhadap kemudahan pembayaran digital.
Rahmat menilai, digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan masa depan praktik ekonomi. Ia berharap generasi muda Jawa Tengah menjadi pelaku utama transformasi tersebut.
“Digitalisasi harus menjadi budaya baru. Jika dikelola dengan adab, transparansi, dan keberpihakan pada UMKM, saya yakin ekonomi daerah akan tumbuh lebih tangguh,” pungkasnya.(aln)












