JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG- Setelah sempat vakum pada tahun 2016, Balai Bahasa Jawa Tengah kembali memberikan penghargaan Prasidatama kepada para tokoh bahasa dan sastra di Jawa Tengah. Enam kategori penghargaan diberikan kepada enam tokoh bahasa dan sastra dalam acara penyerahan Penghargaan Prasidatama 2017 di Auditorium RRI Semarang, Jalan A Yani, Kota Semarang, Selasa (28/11).
Penghargaan kepada para tokoh bahasa dan sastra tersebut sebagai langkah Balai Bahasa Jawa Tengah untuk memotivasi masyarakat dalam berbahasa dan bersastra yang baik.
“Penghargaan ini sudah diberikan sejak tahun 2013. Tahun 2014 baru diberi nama Prasidatama yang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti lebih baik. Sempat vakum pada tahun 2016 lalu dan tahun ini dimulai lagi,” kata Koordinator Bidang Pengembangan Balai Bahasa Jawa Tengah, Suryo Handono, saat ditemui usai acara Penyerahan Penghargaan Prasidatama di Auditorium RRI Semarang, Selasa (28/11).
Keenam kategori tersebut di antaranya Tokoh Bahasa dan Sastra Indonesia yang diterima oleh sastrawan asal Solo, Sosiawan Leak. Pada kategori ini ada dua nomine lain yaitu Handry TM dan Mukti Sutarman Espe. Kategori Tokoh Bahasa dan Sastra Jawa diberikan kepada Triman Laksana yang dalam pemilihan mengalahkan dua nomine lain yaitu Hadi Utomo dan Sucipto Hadi Purnomo.
Untuk kategori Penggiat Bahasa dan Sastra Indonesia diterima oleh Bandung Mawardi yang disampingnya ada dua nomine lain, Ahmad Khaerudin (Adin Hysteria) dan Anis Sholeh Ba’asyin. Kategori Penggiat Bahasa dan Sastra Jawa diberikan kepada almarhum Sayuti Anggoro. Sementara dua kategori lainnya adalah Tokoh Pendidik Peduli Bahasa dan Sastra yang diberikan kepada S Prasetyo Utomo dan Tokoh Sastra Panggung yang diterima oleh Gigok Anugoro.
Penilaian terkait siapa yang mendapat penghargaan untuk tiap kategori tersebut dilakukan secara bertahap sejak Maret sampai Oktober 2017. Penilaian itu melibatkan beberapa sastrawan, lembaga, dan juga pewarta. Pada enam kategori tersebut tim penilai menempatkan masing-masing tiga nomine.
“Pemberian penghargaan ini tidak bisa sembarangan. Ada tahapan-tahapan pemilihan sampai terjaring 18 tokoh yang dianggap berhak mendapat penghargaan dan diambil satu tokoh yang akan diberikan penghargaan. Ini untuk menjaga kredibilitas para penerima penghargaan Prasidatama,” ungkapnya.
Adanya penghargaan Prasidatama tersebut diharapkan dapat memotivasi masyarakat Jawa Tengah dalam berbahasa dan bersastra. Selain itu juga diharapkan para tokoh penerima penghargaan dapat menjadi teladan masyarakat, khususnya dalam bahasa dan sastra. “Semoga dengan penghargaan ini akan semakin menggiatkan masyarakat
Jateng dalam berbahasa dan bersastra secara benar. Masyarakat butuh figur panutan atau teladan untuk bisa memperkuat pembenahan tata bahasa. Ke depan kami ingin melakukan pembenahan perilaku masyarakat yang suka mencampuradukkan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa dengan bahasa lainnya,” pungkasnya. (har/muz)