JATENGPOS.CO.ID, JAKARTA – Epidemiolog wanti-wanti kepada Indonesia soal kemungkinan melonjak lagi kasus virus Corona (COVID-19). Bisa saja, September menjadi waktu Corona kembali memuncak.
“Masih sangat banyak kasus yang tidak terdeteksi dan sekali lagi test positivity rate kita mau 2 tahun kita masih selalu di atas 10 persen, dan jangankan lebih dari setahun ya, sebulan saja test positivity rate itu dampaknya luar biasa pada kasus di masyarakat dan pada kematian,” kata epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, di Jakarta.
Dicky mengingatkan bahwa Indonesia belum lepas dari Corona varian Delta. Dia juga berbicara kemungkinan lonjakan kasus Corona kembali terjadi pada pertengahan September jika tidak dilakukan mitigasi.
“Sepertinya kita belum selesai krisis Delta dan saya sampaikan potensi lonjakan baru ada di pertengahan September ini kalau mitigasinya masih seperti ini dan angka kematian juga ada potensi meningkat tentu biasanya 3 minggu setelah lonjakan,” jelas Dicky.
Lonjakan kasus Corona itu, kata Dicky kemungkinan akan terjadi di Pulau Jawa dan Bali pada daerah dengan cakupan testing masih rendah.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Hermawan Saputra menyebut Indonesia berpotensi masuk fase hiperendemi ketika beberapa negara lain masuk tahap endemi selepas pandemi virus corona (Covid-19).”Kalaupun pandemi itu dicabut, boleh jadi menjadi endemi, bahkan hiperendemi. Indonesia potensial menjadi negara hiperendemi,” kata Hermawan
Hermawan mengusulkan pemerintah menyiapkan perencanaan (road map) secara menyuluruh sebelum memasuki fase hiperendemi. Menurutnya, pemerintah tak cukup hanya hanya menyiapkan protokol kesehatan.
“Negara kita potensial menjadi hiperendemi, road map-nya harus menyeluruh,” kata Hermawan.
Hermawan menyatakan permasalahan Covid-19 itu kompleks. Menurutnya, yang dihadapi bukan hanya penambahan kasus Covid-19, melainkan penyakit peneyerta atau komorbid pasien yang bisa memperburuk kondisi.(rit)