JATENGPOS.CO.ID, DEMAK – Heboh musyafir Joko Kendil tak ada habisnya. Di jalanan Pantura masyarakat setiap hari antri di pinggir jalan. Mencegat Joko Kendil untuk diminta foto, bersalaman, minta doa hingga memberinya sangu.
Joko Kendil mengaku selama berjalan menjadi musyafir dia naik macan putih. Sehingga tidak merasa capek. Bahkan dia berjalan sambil berlari.
Joko Kendil mengaku jadi musyafir hingga tahun 2025 nanti, sesuai perintah gurunya, Syeh Hadi Guntur. Nama Joko Kendil dan macan putih itu menurutnya juga pemberian dari gurunya.
Lalu, bagaimanakah tanggapan guru Joko Kendil alias Syeh Hadi Guntur? Untuk mendapat penjelasan tersebut, JatengPosTV, tanggal 14 Oktober menemui Syeh Hadi Guntur di Demak. Di pondoknya bernama Kumul Quran, di Desa Sidoarjo, Kecamatan Guntur Kab. Demak.
Karena sudah malam, Syeh Hadi Guntur sudah istirahat. Lalu ditemui Nandib, pengurus pondok yang juga orang kepercayaan Syeh Hadi Guntur.
Menurut Nandib, nama asli guru Joko Kendil adalah Kyai Yashadi Abdillah Yasin. Perawakanya kurus. Dengan jenggot putih memanjang.
“Pak Yai pernah membahas Joko Kendil ini. Kata beliau, mungkin Joko Kendil memang pernah berguru pada beliau, tapi karena santri beliau banyak, pak Yai tidak kenal secara pribadi dengan Joko Kendil,”jelas Nandib, Jumat malam (14 Oktober 2022).
Menurutnya, selama ini selain santri yang bermukim tetap, di pondok Kyai Yashadi ada ribuan musyafir yang datang. Mereka datang dan pergi silih berganti untuk mengaji kepada Kyai Yasyahdi.
“Di sini setiap hari dari pagi hingga sore, Yai Yashadi ngisi pengajian kepada para santri dan orang yang datang. Beliau mengajarkan banyak hal terkait agama dan kehidupan. Mungkin di situ Joko Kendil juga hadir,”tambahnya.
Soal tugas khusus Yai Yashadi buat Joko Kendil, menurut Nandib, bisa jadi benar. Sebab orang-orang yang berguru kepada Pak Yai bermacam-macam. Mungkin Yai Yashadi juga memberi tugas atau ilmu yang berbeda-beda.
“Ada yang diberi laku seperti Joko Kendil, atau yang lainya serba mungkin,”jelas pria yang mondok di Kumul Quran sejak kecil itu.
Soal tunggangan macan putih Joko Kendil, menurut Nandid, Yai Yasahdi penah memberi penjelasan.
“Beliau bilang, macan putih yang dimaksud jangan dimaknai leterlek atau apa adanya. Tapi itu sanepo (kiasan), bahwa Joko Kendil berjalan naik hati yang putih hati yang bersih. Joko Kendil berjalan sebagai musyafir dengan hati yang suci putih bersih, bukan hati yang kotor,”tambahnya. (jan)