JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN- Sebuah titian bambu khusus pejalan kaki melintasi sungai Kaligung dikeluhkan para pengguna karena berbahaya. Titian menghubungkan lingkungan Sidosari Kelurahan Sidomulyo dengan Kalirejo, Ungaran Timur itu tumpuannya hanya terbuat dari 5 bilah bambu yang dirangkai papan kecil. Penyanggah menopang titian juga dari bambu tanpa pagar penyelamat.
Berdasarkan pantauan Jateng Pos pada Senin (11/8/2025) pagi, titian bambu tampak dilewati para karyawan pabrik garmen Evergreen yang lokasinya tidak jauh dari proyek jembatan. Warga Sidosari dan sekitarnya juga memanfaatkan titian saat hendak ke Alun-Alun Bung Karno Kalirejo untuk keperluan jogging dan menikmati kuliner setempat.
Perlu diketahui, titian bambu tersebut dibuat untuk memberikan fasilitas pejalan kaki yang hendak menyeberangi sungai Kaligung. Semenjak proyek penggantian jembatan MT Haryono dimulai pada 31 Juli lalu akses warga sekitar terputus total. Sebagai gantinya pelaksana membuat titian bambu khusus untuk penjalan kaki. Bagi pengendara kendaraan yang hendak ke Alun-Alun Kalirejo rute dialihkan melewati jalan Letjen Sutoyo.
Cahyo (53) warga Sidomulyo mengaku miris melihat orang-orang menyeberang dengan perasaan ketakutan, khawatir titian runtuh atau terjatuh karena tidak ada pagar pengaman. Ketika melintas untuk menjaga kesimbangan agar tidak jatuh, mereka berpegangan pada sebilah bambu kecil yang tidak seberapa kuat.
“Miris melihat orang yang melewati jembatan, jalannya timik-timik (tertatih, red) takut jatuh. Saya khawatir kalau sampai runtuh. Titian cukup tinggi sekitar 5 meter, sedangkan bawahnya sungai dan galian proyek. Penopang titian juga ringkih hanya diberi penyanggah dari bambu di bagian tengahnya,” ujarnya kepada Jateng Pos, Senin (11/8/2025) pagi.

Disebutkan, para karyawan Evergreen yang rumahnya Kalirejo banyak yang memanfaatkan setiap pagi waktu berangkat kerja dan sore hari waktu pulang kerja. Kondisi titiannya boyak-bayik (bergoyang, red) kadang ada yang tidak berani melewati kalau sendirian.
“Mohon kondisi safety (keamanan, red) titian perlu ditinjau lagi, apalagi beberapa hari lalu saat hujan deras titian sempat hilang terseret arus sungai Kaligung. Tidak bisa bayangkan kalau saat kejadian ada orang yang menyeberang, bisa ikut hilang,” tandasnya.
Ia coba mencarikan solusi untuk warga bisa tetap menyeberang dengan aman dan nyaman. Cahyo lantas menanyakan fungsi jembatan yang dibangun perumahan Amaya yang melintasi sungai Kaligung di sebelah selatan proyek pengerjaan jembatan. Jembatan tersebut terbuat dari cor sangat kokoh ada pintu dari seng untuk melewati namun ditutup dan dikunci.
“Sebaiknya mencari solusi yang aman sudah ada jembatan Amaya tapi tidak difungsikan. Pemerintah bisa meminta kerjasamanya membuka akses jembatan sementara untuk penjalan kaki. Jembatan itu sudah ada izin apa belum kita tidak tahu. Kok bisa perumahan membuat jembatan sendiri di atas sungai, apa izinnya bisa keluar?!,” tegasnya.
Kekhawatiran yang sama disampaikan beberapa ibu-ibu yang melintas. Mereka melewati titian sambil mengeluh takut jatuh. Bahkan ada yang menunggu sampai ada pejalan lain yang menemani menyeberang.
“Pas lewat boyak-bayik, malah drawasi (membahayakan, red). Mak prinding (merinding, red) takut jatuh. Mbok didandani (diperbaiki, red) sing kuat,” ujar seorang ibu tua kepada Jateng Pos saat tiba di seberang.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Semarang Valeanto Sukendro mengatakan, pengerjaan penggantian jembatan Jalan MT Haryono akan berlangsung selama 120 hari atau sekitar empat bulan, hingga akhir November 2025 mendatang.
“Pengerjaan jembatan sekaligus perawatan, sesuai jadwal waktu pelaksanaan selama 120 hari. Jembatan dibongkar untuk dinaikkan sekitar 50 centimeter dan diperlebar sekitar 1,5 meter. Lebar awal sekitar 5,5 meter menjadi 7 meter,” ujarnya kepada wartawan, pekan kemarin.
Disebutkan, penggantian jembatan upaya untuk mengurangi dampak banjir di sekitarnya saat terjadi hujan deras. Selama ini jembatan Jalan MT Haryono di Kaligung menjadi langganan banjir hingga berjam-jam.
“Adanya jembatan baru bukan berarti mengatasi banjir, setidaknya bisa mengurangi dampak banjir. Jika sebelumnya banjir menggenang selama 2 jam, diharapkan nantinya dalam waktu setengah jam sudah surut. Untuk menuntaskan banjir perlu penanganan panjang, perlu dibangun polder di daerah bawah,” jelasnya.
Sementara itu, dilihat dari papan proyek yang dipajang sebelum pengerjaan, nilai proyek tersebut sebesar Rp 1,9 miliar. Sumber anggaran dari bantuan keuangan khusus Pemprov Jawa Tengah. Penyedia jasa pengerjaan CV Bintang Samundra dengan masa pengerjaan selama 120 hari kalender. (muz)