26.6 C
Semarang
Rabu, 17 September 2025

Tumpi Karangbolo Ungaran Berkembang Berkat Patenkan Rasa  

JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN- Bagi penyuka makanan ringan atau camilan belum puas lidah kalau belum pernah mencicipi renyah dan gurihnya tumpi Karangbolo. Tumpi merupakan sebutan lain dari rempeyek atau peyek. Karangbolo sendiri merupakan nama salah satu Dusun di Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.

Dinamakan Tumpi Karangbolo karena dusun ini merupakan sentra perajin camilan kriyuk tersebut. Itu pun mereka memasarkan tanpa menggunakan lebel. Semua menyebut produknya sebagai Tumpi Karangbolo. Di sini ada sekitar 55 perajin yang tersebar di hampir semua RT. Ketika berkunjung ke dusun ini cukup mudah menemukan, hanya berjarak sekitar 200 meter dari Alun-Alun Lama Ungaran, Kabupaten Semarang.

Tiba di dusun terletak di barat Kota Ungaran ini, saya tertarik mengulik cerita asal-muasal dusun Karangbolo hingga terkenal dengan sebutan Kampung Tumpi. Untuk itu, saya bersikeras bisa bertemu sesepuh perajin yang mengetahui cerita tumbuh-kembang perajin tumpi hingga mampu eksis sampai sekarang.

Lokasi saya tuju pertama kali sebuah toko di pinggir jalan. Seorang ibu pemilik toko menyebut salah satu sesepuh masih bertahan membuat tumpi adalah Mbah Sodik (70). Ia menunjuk sebuah gang yang dinamai Gang Masjid, dari mulut gang masuk sekitar 50 meter akan menjumpai rumah yang di terasnya terpajang papan bertuliskan ‘Sri Rezeki’.

Dan, benar! Hanya berjalan kaki masuk gang saya menemukan rumah perajin tumpi paling legendaris itu. Tepatnya berada di RT 02 RW 07 Dusun Karangbolo. Rumahnya terlihat sederhana bercat putih tanpa asesoris hanya terlihat sebuat papan kecil bertuliskan UMKM Tumpi Karangbolo Sri Rezeki. Menemui Sodik juga cukup mudah, kondisinya sudah tua hingga hanya tinggal di rumah.

Baca juga:  Gagas Kampung Alfamart Sahabat Bumi

“Sri Rezeki itu nama merek usaha tumpi saya. Awal memakai merek sekitar tahun 1989, sebelumnya tidak pernah pakai nama hanya menggunakan bungkus plastik polos. Usaha tumpi saya meneruskan dari ibu saya, Mbah Imroatun sesepuh warga sini,” tutur Sodik memulai cerita awal mula berdiri kampung tumpi.

Dituturkan, Mbah Imroatun, merintis tumpi sejak tahun 1970-an, itu pun keahlian didapat dari ibunya, Mbah Imamah. Mengawali dari menerima pesanan tetangga yang menggelar hajatan. Selain itu pesanan ramai saat lebaran Idul Fitri untuk camilan mengisi meja. Setiap pesanan ramai ibunya melibatkan tetangga untuk membantu menggoreng tumpi.

“Awalnya hanya 3 sampai 4 orang yang membantu. Dari situ produksi tumpi terus berlanjut tidak hanya melayani pesanan. Selanjutnya rutin membuat dengan penjualan dititipkan di warung-warung dan sebagian dititipkan bakul pasar Bandarjo Ungaran,” ungkapnya dengan berbahasa Jawa medok.

Tumpi keluaran Mbah Imroatun terkenal renyah dan gurih, sehingga cepat dikenal di kalangan menikmat camilan sekitar dusun. Upaya memenuhi permintaan pasar, jumlah produksi terus ditimbah. Menyusul itu beberapa ibu-ibu tetanggannya turut mencoba membuat tumpi, juga tetangga yang sebelumnya turut membantu usahanya.

 

Aneka macam keripik tumpi ditata di etalase salah satu perajin warga Dusun Karangbolo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. FOT|O:MUIZ/JATENGPOS

Di dusun Karangbolo, cerita Sodik, di kisaran tahun 1975 sudah ada sekitar 5 perajin mulai mengikuti jejak membuka usaha tumpi. Setelah itu perajin tumpi mulai banyak bermunculan di Karangbolo. Ia sendiri sudah terlibat membuat tumpi sejak ibunya mulai merintis. Hingga di tahun 1989 setelah ibunya meninggal, ia melanjutkan usaha dengan menamai usahanya Sri Rezeki.

Baca juga:  PERAGI Jateng Tanam 2.000 Alpokat untuk Konservasi Gunung Muria Kudus

Semula produk masih monoton tumpi kacang ijo dan kacang tanah. Seiring permintaan pasar ia mulai menambah varian tumpi rebon dan ikan teri. Kadang ia juga melayani pemesanan rempeyek bayam dan kripik tempe. Di tempatnya saat ini justru tumpi rebon dan teri yang paling laris.

Usaha tumpi bisa bertahan dan sukses, menurut Sodik, kuncinya mempertahankan cita rasa dan kualitas bahan. Sejak dibuat Mbah Imroatun sampai sekarang rasa dan renyahnya tetap sama. Ia selalu menjaga kualitas ketimbang mengejar untung besar dengan bahan yang asal-asalan.

“Kadang harga salah satu bahan tumpi naik, kita tidak pernah kurangi, bahan tetap sama meski harga naik. Biar tidak rugi ukuran kemasan kita kurangi. Kita istiqomah cita rasa tidak boleh beda,” tandas bapak 4 orang anak yang telah memiliki 8 cucu ini.

Jaringan pemasaran masih mengandalkan cara tradisional, menjual ke bakul di pasar Ungaran dan pemesan grosiran dari luar Kabupaten Semarang. Tumpi produksinya paling jauh dikirim rutin seminggu sekali ke daerah Purwodadi, Grobogan.

Omset sukses ditangguk Sodik sehari rata-rata mencapai jutaan rupiah. Berdasarkan estimasi produksi rata-rata sehari sebanyak 200 bungkus ukuran 200 gram. Harga per bungkus tumpi kacang dijual Rp 12.000,-, sedangkan tumpi teri dan rebon Rp 13.000,-. Jika ditotal mencapai jutaan rupiah. (muz)



TERKINI

Rekomendasi

Lainnya