JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Meski dikenal sebagai salah satu penyakit pembunuh di dunia, ternyata belum semua penderita Diabetes Militus (DM) yang sudah memeriksakan diri. Bahkan, data yang ada memperkirakan baru 25 persen penderita yang datang ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan.
“Penyakit diabetes bisa dibilang merupakan fenomena gunung es. Dimana yang terlihat baru sebagian kecilnya. Karena yang terdeteksi adalah mereka yang sudah memeriksakan diri dan diperkirakan baru 25 persennya, sehingga jumlah yang belum berobat diperkirakan mencapai 75 persen,” jelas Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Cabang Kota Solo, Dr dr. Sugiarto kepada wartawan saat jumpa pers Jalan Sehat World Diabetes Day (WDD) di RSUD dr Moewardi, Jumat (16/11).
Terkait angka penderita Diabetes saat ini, Sugiarto mengakui dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat. Angka nasional sendiri menunjukkan pertumbuhan delapan persen dari jumlah penduduk Indonesia di tahun 2018 ini, padahal empat tahun lalu jumlah penderita masih di kisaran enam persen.
“Semuanya karena pola hidup yang tidak sehat, terutama pola makan yang tidak berimbang asupan karbohidrat, protein dan lemaknya serta vitamin dan mineralnya. Dimana saat ini marak makanan fast food, gorengan, dan makanan yang dioven dan panggang yang lebih banyak kandungan lemak dan karbohidratnya. Ini yang membuat gula darah naik, pankreas rusak sehingga kekurangan insulin,” paparnya.
Padahal, lanjutnya, tips untuk mencegah diabetes sangat mudah. Selain menjaga pola makan, juga dengan olah raga teratur. “Olahraga yang teratur setiap hari 30 sampai 60 menit per hari. Olahraga bisa menurunkan tekanan darah, kolesterol dan gula darah serta paling penting mengurangi stres. Hal ini yang sedang kami gencarkan melalui sosialisasi kepada masyarakat, khususnya keluarga. Karena itu, tema perayaan WDD tahun ini adalah Family and Diabetes. Dimana keluarga menjadi kunci menangkal diabetes,” paparnya.
Ditambahkan, Staf pengajar Divisi Endokrinologi Ilmu Penyakit Dalam, dr. Eva Nia Muzisilawati. Kenaikan pasien diabetes yang berobat di RSUD dr Moewardi menguatkan adanya fenomena gunung es penyakit tersebut. Bahkan data terakhir pada 2017 lalu rata-rata dalam sehari jumlah pasien diabetes yang memeriksakan diri mencapai 200 orang.
“Jumlah itu naik 30 persen dibandingkan 2016. Kalau tahun ini kami tidak bisa membandingkan, karena pasca diberlakukannya aturan rujuk balik BPJS, saat ini pasien yang belum parah berobatnya di faskes 1 atau 2. Sedangkan Moewardi ini kan faskes 3. Sehingga yang berobat ke sini kebanyakan yang sudah parah atau sudah ada komplikasi. Tapi kami meyakini jumlahnya bertambah dari tahun ke tahun,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, banyak pasien yang terlambat berobat dikarenakan ketidaktahuan. Ia mencontohkan, pernah ada pasien diabetes dengan luka di kaki dibawa setelah tiga hari, sehingga terpaksa dilakukan amputasi karena jaringan sudah membusuk. Padahal untuk penderita diabetes golden time penanganan luka tidak boleh lebih dari enam jam.
“Karena itu, kami katakan preventif lebih penting dibandingkan pengobatan. Sehingga bisa mengurangi jumlah gunung es yang selama ini belum terlihat. Salah satunya dengan jalan sehat dan senam diabetes WDD ini. Dimana kami melibatkan keluarga karena mereka adalah lingkungan terkecil yang memegang peranan penting,” ujarnya.
Kegiatan WDD sendiri akan digelar Minggu (18/11) pagi dengan mengambil start dari RSUD dr Moewardi dan finish di halaman rektorat UNS. “Sudah ada 1.600 peserta yang mendaftar dan diperkirakan akan terus bertambah,” ujarnya. (Jay/bis)